Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Penyebab Kematian Mendadak Saat Olahraga

Kompas.com - 23/07/2024, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kematian atlet bulu tangkis asal China, Zhang Zhi Jie pada Kejuaraan Asia Yunior yang berlangsung di Yogyakarta (30/6), menjadi keprihatinan.

Kematian jantung mendadak pada atlet muda seperti seperti Zhang dapat terjadi karena berbagai sebab.

Dokter spesialis jantung di RS Jantung Binawaluya Jakarta, dr.Muhammad Munawar Sp.JP (K) mengatakan, salah satu penyebabnya adalah gangguan irama jantung ganas yaitu takikrida ventrikel atau fibrilasi ventrikel.

"Pada dua keadaan ini, bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkoordinasi. Akibatya aliran darah ke seluruh tubuh praktis berhenti termasuk ke otak kita," papar dr.Munawar dalam keterangan kepada Kompas.com.

Ketika hal itu terjadi penderita akan kolaps yang dinamakan henti jantung, sering disertai kejang.

Dalam tayangan video pertandingan tersebut, Zhang juga terlihat sempat mengalami kejang-kejang sebelum akhirnya pingsan dan dibawa ke rumah sakit.

Baca juga: Penjelasan BWF soal Prosedur Pertolongan Darurat Atlet Usai Zhang Zhi Jie Meninggal

"Bila keadaan seperti ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dalam waktu sekitar 10 menit, penderita akan meninggal. Setiap 1 menit keterlambatan dalam penanganan, penderita akan kehilangan 10 persen kesempatan untuk hidup," ujar dr.Munarwan.

Ia menambahkan, penyebab terjadinya takikrida ventrikel atau fibrilasi ventrikel pada orang muda bukanlah karena serangan jantung, tetapi kondisi hypertrophic cardiomyopathy (HCM).

"HCM adalah suatu kelainan genetik berupa penebalan otot jantung, yang secara mikroskopik ditemukan adanya disarray (tidak teratur) dalam susunan sel otot jantungnya," paparnya.

Kondisi tersebut diderita 1:500 orang dan umumnya pada laki-laki. Deteksi HCM bisa dilakukan lewat pemeriksaan EKG (echocardiogram).

Penyebab gangguan irama jantung lainnya adalah arrhytmogenic right ventrikular cardiomyopathy (ARVC) yang juga bersifat genetik. Melalui pemeriksaan MRI hal ini bisa diketahui.

Pencegahan dan pertolongan

Kematian jantung mendadak pada atlet, mestinya bisa dicegah dan ditolong.

Menurut dr.Munawar di area pertandingan harus ada team medis yang terlatih melakukan resistusi jantung paru (RJP). Termasuk ketersediaan alat bantu nafas sederhana ambu bag dengan portable oxygen serta alat kejut listrik defibrilator portable (AED).

"Bila korban tidak ada nafas dan tidak ada nadi, harus segera dilakukan RJP. Aalat defibrilator otomatis segera terpasang. Walaupun tidak ada jaminan korban akan tertolong, tetapi bila akses cepat, dilakukan oleh tim medis terlatih dengan alat lengkap seperti di atas, sebagian besar korban akan tertolong," ujarnya.

Ia menambahkan, mestinya tim medis melakukan RJP sampai korban hidup atau meninggal.

"Membawa korban ke rumah sakit ketika korban belum mendapat pertolongan yang tepat, jelas akan berakibat fatal," kata dokter Mantan Ketua Perhimpunan dokter Kardiovaskular Indonesia ini.

Olahraga ekstrem dengan intensitas tinggi memang bukan tanpa risiko. Namun, dengan persiapan dan penanganan kedaruratan yang tepat, risiko itu bisa ditekan.

Baca juga: Kasus Kematian Mendadak Pebulu Tangkis, Dokter Sebut Perlu Ada AED di Fasilitas Umum

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau