Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Dimaksud dengan Glukosa Puasa? Ini Penjelasannya...

Kompas.com - 29/07/2024, 16:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Kebanyakan orang sudah akrab dengan istilah gula darah. Namun, apakah Anda tahu yang dimaksud dengan glukosa puasa?

Glukosa puasa adalah kadar gula darah dalam tubuh setelah berpuasa atau tidak makan minum selama minimal 8 jam.

Mengetahui kadar gulah darah puasa penting untuk diagnosis dini penyakit diabetes.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang dimaksud dengan glukosa puasa, simak penjelasan berikut.

Baca juga: Berapa Kadar Gula Darah Puasa Normal? Berikut Penjelasannya...

Apa yang dimaksud dengan glukosa puasa?

Dilansir dari Mayo Clinic, glukosa puasa adalah kadar gula darah dalam tubuh setelah seseorang tidak mendapat asupan makanan dan minuman manis dalam waktu 8-12 jam.

Pemeriksaan kadar glukosa puasa penting untuk deteksi awal penyakit diabetes melitus maupun mengetahui kondisi penderita diabetes.

Kadar gula darah puasa juga dapat menjadi acuan dalam pemberian obat-obatan dan terapi insulin bagi penderita diabetes.

Sama seperti gula darah sewaktu, hal pemeriksaan glukosa puasa juga dinyatakan dalam satuan miligram per desiliter (mg/dL).

Menurut American Diabetes Association (ADA), kadar gula darah puasa normal yaitu kurang dari 100 mg/dL.

Seseorang yang kadar glukosa puasanya di angka 100-125 mg/dL masuk ke dalam kelompok prediabetes.

Baca juga: 8 Manfaat Daun Katuk untuk Kesehatan, Termasuk Menurunkan Gula Darah

Dikutip dari P2PTM Kemkes, prediabetes adalah kondisi saat gula darah dalam tubuh lebih tinggi dari normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes.

Individu yang masuk ke dalam kelompok prediabetes perlu mengubah gaya hidup agar gula darahnya terkontrol dan terhindar dari diabetes, seperti memperbanyak aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah, atau minum obat sesuai anjuran dokter.

Sementara itu, jika hasil pemeriksaan kadar gula darah puasa menunjukkan angka 126 mg/dL atau lebih tinggi, maka seseorang bisa disebut menderita penyakit diabetes sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

 

Kapan perlu cek glukosa puasa?

Dilansir dari Primaya Hospital, American Diabetes Association merekomendasikan seseorag perlu tes glukosa puasa apabila sudah masuk kriteria berikut:

  • Berusia lebih dari 45 tahun dengan kadar gula darah normal, namun perlu melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali.
  • Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan dengan IMT (indeks massa tubuh) di atas 23.
  • Memiliki faktor risiko lain, seperti gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan riwayat diabetes keluarga.
  • Ibu hamil yang mengalami diabetes gestasional.

Seseorang yang mengalami gejala gula darah tinggi atau diabetes juga perlu menjalani cek glukosa puasa. Adapun gejala gula darah tinggi atau diabetes, yaitu mudah haus dan lapar, lelah berkepanjangan, peningkatan frekuensi urine, gangguan penglihatan, kehilangan berat badan secara tiba-tiba, dan proses penyembuhan luka yang lambat.

Baca juga: Apakah Air Rebusan Serai Bisa Menurunkan Gula Darah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Studi: Ingatan yang Kurang Spesifik Bisa Picu Gangguan Kejiwaan Lebih Dini
Health
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Kemenkes Prioritaskan Eliminasi Malaria di Papua yang Masih Tinggi Kasusnya
Health
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Haruskah Orang Dewasa Tidur 7 Jam Setiap Hari untuk Kurangi Risiko Stroke? Ini Kata Dokter…
Health
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Penyebaran Mpox Meningkat: Kenali Gejalanya dan Lakukan Pencegahan Berikut...
Health
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Studi: Kerja Lembur Terlalu Sering Bisa Ubah Struktur Otak
Health
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Status Darurat Mpox Diperpanjang WHO: Penyebaran Meningkat, Gejala dan Pencegahan Diperketat
Health
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Gejala Mirip Covid-19, Virus HKU5 Jadi Ancaman Pandemi Baru
Health
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Efektifkah Makan Sayur dan Buah untuk Menurunkan Kolesterol? Ini Kata Dokter…
Health
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Sering Dianggap Sepele, Lewatkan Biopsi Bisa Buat Kanker Tak Terdeteksi
Health
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Punya Orangtua Narsis, Apa yang Harus Dilakukan? 
Health
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Waspadai Uap Rokok Obat, Ini Kata Dokter soal Dampaknya bagi Paru-paru
Health
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Tanda-tanda Anak yang Dibesarkan oleh Orangtua Narsis
Health
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Bisakah Mengandalkan ChatGPT Membaca Hasil Pemeriksaan Medis?
Health
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Ada Black Mold di Ruangan, Seberapa Berbahaya untuk Kesehatan?
Health
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Menu Makanan di Sekolah Bisa Jadi Kunci Anak Makan Sehat, Ini Kata Ahli Gizi
Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau