Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/08/2024, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kehamilan tak menghentikan sejumlah atlet untuk berlaga. Mereka adalah para perempuan perkasa yang menabrak batasan dan menebarkan inspirasi.

Setelah pertandingan anggarnya berakhir minggu lalu, atlet anggar dari Mesir Nada Hafez dari Mesir menulis unggahan menarik di akun Instagramnya.

”Yang tampak bagi Anda sebagai dua pemain di arena, sebenarnya mereka bertiga! Itu saya, pesaing saya, dan bayi kecil saya yang belum lahir ke dunia ini!” tulis Hafez di Instagram.

Ia mengungkapkan telah berlatih anggar selama dua tahun — dan ketika bertanding sedang hamil tujuh bulan.

Calon ibu yang mendapat peringkat teratas di Mesir itu pun menyelesaikan pertandingan Olimpiade ketiganya di Paris dengan rangking 16.

Atlet panahan asal Azerbaijan, Yaylagul Ramazanova juga mengungkapkan di akun Instagramnya bahwa ia sedang hamil 6.5 bulan.

Baca juga: Profil Nada Hafez, Atlet Anggar yang Hamil 7 Bulan Saat Tanding di Olimpiade Paris 2024

Kepada media Xinhua News, ia mengaku merasakan tendakan bayinya sebelum ia mulai memanah dan akhirnya anak panahnya mengenai angka 10, sebuah nilai maksimal.

Penampilan atlet yang sedang mengandung memang bukan yang pertama kali di Olimpiade. Walau tetap saja harus diakui bahwa fenomena ini langka. Sebagian besar atlet juga berlaga di awal kehamilan, atau belum menyadari bahwa mereka sedang hamil.

Salah satunya atlet voli pantai asal Amerika Serikat Kerri Walsh Jennings yang mendapatkan medali emas ketiganya dan bertanding tanpa menyadari ia sedang hamil anak ketiganya dengan usia kehamilan 5 minggu.

Serena Williams di Wimbledon 2022Shutterstock Serena Williams di Wimbledon 2022

Melawan batasan

Seorang ahli mengatakan, masuk akal jika atlet yang sedang hamil mendorong batasan, karena sikap dan pengetahuan terus berkembang mengenai apa yang dapat dilakukan wanita selama masa kehamilan.

"Ini adalah hal yang akan sering kita lihat, karena para wanita ini menghilangkan mitos bahwa kita tak bisa berolahraga di level tertinggi saat hamil," kata Dr.Kathryn Ackerman, pakar kedokteran olahraga dan komite paralimpik wanita.

Baca juga: Deretan Hadiah Unik Pemenang Olimpiade: Sapi, Pangkat Militer, hingga Makan Gratis Setahun

Ackerman menyebut, sebelumnya hanya ada sedikit data atau penelitian, sehingga keputusan-keputusan di masa lalu mengenai masalah ini sering kali bersifat sewenang-wenang.

Saat ini para dokter merekomendasikan jika kesehatan ibu hamil dalam kondisi baik, tidak ada komplikasi, maka itu aman untuk berolahraga, berlatih, bahkan bertanding di level tertinggi.

"Pengecualian mungkin pada cabang yang kemungkinan jatuhnya sangat tinggi, seperti ski," katanya.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau