Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Apa Saja yang Tidak Boleh Makan Singkong Rebus?

Kompas.com - 15/08/2024, 19:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Singkong termasuk umbi-umbian yang tinggi kalori dan memiliki sederet manfaat potensial untuk kesehatan.

Manfaat singkong jika dikonsumsi dalam jumlah yang tepat antara lain menjaga kesehatan pencernaan, mengontrol gula darah, dan meningkatkan sistem kekbalan tubuh. 

Meski demikian, tidak semua orang dapat mengonsumsi umbi akar ini karena memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Baca juga: Apa Manfaat Singkong untuk Kesehatan? Berikut 8 Daftarnya...

Penyakit tertentu yang tidak boleh makan singkong rebus yaitu alergi sulfit, alergi lateks, diabetes, dan masalah tiroid.

Untuk mengetahui lebih lanjut penyakit apa saja yang tidak boleh makan singkong rebus, simak ulasan berikut.

Penyakit apa saja yang tidak boleh makan singkong rebus?

Seseorang dengan penyakit atau masalah kesehatan berikut diianjurkan untuk membatasi atau menghindari konsumsi singkong rebus:

  • Alergi sulfit

Sulfur dioksida atau sulfit adalah zat yang secara alami terdapat pada beberapa makanan dan tubuh manusia.

Sulfit juga kerap dipakai sebagai pengawet makanan, terutama mencegah makanan berubah menjadi kecokelatan.

Singkong memiliki kandungan zat ini. Karena itu, makan singkong rebus bisa memicu gangguan kesehatan pada individu dengan alergi sulfit, terutama pada pengidap asma.

Gejala alergi sulfur dioksida dapat berbeda pada setiap orang, namun tanda yang umum termasuk:

  • Pusing
  • Mual muntah
  • Ruam merah dan gatal
  • Mulut terasa gatal atau kesemutan
  • Bersin.

Baca juga: Apakah Singkong Meningkatkan Gula Darah? Berikut Penjelasannya...

  • Masalah tiroid

Singkong dapat menurunkan jumlah yodium yang diserap oleh tubuh.

Dilansir dari WebMD, orang dengan kadar yodium rendah, seperti penderita masalah tiroid (hipotiroid dan gondok) kurang dianjurkan makan singkong rebus.

Penderita penyakit tiroid yang makan singkong rebus berpotensi mengalami:

  • Kulit kering
  • Benjolan di leher
  • Kedinginan
  • Kenaikan berat badan tanpa alasan yang jelas
  • Pembengkakan pada anggota gerak
  • Kesemutan
  • Bicara lamban
  • Sesak napas.
  • Diabetes

Sebenarnya singkong termasuk makanan rendah gula. Dikutip dari Healthifyme, 100 gram singkong mentah hanya mengandung sekitar 1,7 gram gula.

Adapun pada singkong rebus, memiliki 1.3 gram gula per 100 gramnya.

Meski demikian, singkong rebus tinggi karbohidrat yang bisa dikonversi menjadi gula darah dan memicu resisten insulin. Itu sebabnya, penderita diabetes perlu membatasi konsumsi singkong.

Tips konsumsi singkong rebus untuk penderita diabetes yang aman yaitu dipadukan dengan rebusan sayur, kacang-kacangan, atau buah tinggi serat.

Hal ini mengingat, serat pangan dapat memperlambat penyerapan karbohidrat sehingga dapat membantu mengontrol kadar gula darah.

Baca juga: Apakah Singkong Baik untuk Penderita Kolesterol? Berikut Penjelasannya

  • Alergi getah karet (lateks)

Getah karet yang terdapat pada singkong dapat mengandung zat berbahaya dan memicu reaksi alergi, seperti ruam, gatal di area bibir, muntah, diare, sakit perut, dan demam.

Selain penderita penyakit tertentu, kelompok rentan, seperti anak-anak, ibu hamil, dan menyusui sebaiknya tidak mengonsumsi singkong berlebihan.

Hal itu karena kelompok rentan memerlukan gizi atau nutrisi yang seimbang. Sementara, kandungan tinggi pada singkong adalah karbohidrat yang membuat cepat kenyang.

Jadi, pastikan untuk mengikuti anjuran makanan bergizi seimbang dari Kementerian Kesehatan RI dan berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mengetahui porsi makan singkong rebus yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau