Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilirisasi Dorong Masyarakat Gemar Makan Ikan

Kompas.com - 28/09/2024, 20:19 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Ikan mengandung beragam nutrisi, mulai dari protein, lemak, vitamin, dan mineral. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa ikan tidak sepopuler unggas, seperti ayam.

Padahal, ketersediaan ikan di Indonesia dan aktivitas perikanan, termasuk ternak ikan, tersebar di seluruh penjuru di Indonesia.

Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia menempati urutan kedua sebagai negara produsen perikanan laut di dunia di bawah China, yaitu mencapai 6 juta ton di tahun 2022.

Baca juga: Olahan Ayam ala Posyandu Dahlia Dorong Pemenuhan Protein Si Kecil

Ada beberapa alasan orang enggan mengolah dan mengonsumsi ikan, misalnya susah dibersihkan dan memiliki bau yang amis.

Untungnya melalui hilirisasi, masyarakat diberi kemudahan dalam mengonsumsi ikan segar maupun olahannya.

Hilirisasi permudah akses konsumsi ikan

Dokter spesialis gizi klinis Dr. dr. Inge Permadhi MS, SpGK berpendapat, produk hilirisasi ikan yang dijual di supermarket maupun pasar bisa mengurangi stigma terkait 'ikan amis dan susah diolah'.

Pasalnya, ikan yang dipasarkan biasanya sudah dibersihkan, difillet (dipisahkan dari tulang atau durinya), atau dikemas dengan baik di tempat bersih.

Produk ikan fillet yang dijual di pasaran memiliki kandungan gizi yang sama dengan ikan besar, asalkan disimpan dengan benar Produk ikan fillet yang dijual di pasaran memiliki kandungan gizi yang sama dengan ikan besar, asalkan disimpan dengan benar
Menurut Inge, ikan tersebut juga memiliki kandungan gizi yang sama dengan produk fresh dari laut maupun dari budi daya atau peternakan.

"Ikan adalah sumber protein dan lemak yang sangat baik dikonsumsi anak-anak, terutama dalam mencegah stunting dan gizi buruk. Secara kandungan nutrisi, ikan yang fresh atau baru saja diambil dari laut maupun kolam dengan yang sudah dijual di supermarket atau pasar dan siap dimasak itu sama ya, asal melalui proses pendinginan dilakukan dengan tepat agar tetap layak dikonsumsi," papar Inge saat dihubungi Kompas.com.

Dengan begitu, dokter Inge meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir dalam mengonsumsi ikan dijual di pasar atau supermarket.

Untuk jenisnya, dokter yang menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia itu mengatakan, semua ikan baik dikonsumsi karena memiliki protein yang bagus.

Tidak perlu yang mahal, ikan dari peternakan, seperti tilapia, lele, nila, dan kembung bisa menjadi pilihan lauk untuk menunjang kebutuhan protein harian.

Adapun untuk pengolahannya, Inge menyarankan orangtua tidak hanya menggoreng saja, tapi perlu mengenalkan olahan lain, misalnya dibuat sup.

Saat ini terdapat beberapa produk ikan frozen food di pasaran, misalnya tempura udang (ebi furai), siomay ikan, otak-otak, hingga pempek. Dokter Inge menganjurkan, orang yang ingin mengonsumsi olahan seafood perlu memerhatikan komposisinya.

Konsumen sebaiknya memilih produk yang kandungan daging ikan atau udangnya lebih banyak, dibanding tambahan lain, seperti tepung.

"Kalau ingin mengonsumsi otak-otak, coba dilihat seberapa banyak ikan yang dipakai pada produk tersebut, dibanding tepungnya," ujar dokter Inge.

"Kemudian ebi furai, kadang ada yang udangnya itu kecil tapi tepungnya padat sehingga terlihat besar. Kalau seperti itu, akibatnya lebih banyak mengandung karbohidrat daripada proteinnya, apalagi nanti digoreng kan kalorinya bertambah. Jadi, perlu hati-hati dalam memiilih produk, ya. Perlu juga mencoba membuat olahan ikan sendiri di rumah," imbuhnya.

Baca juga: Ahli Gizi Luruskan Mitos seputar Produk Beku dan Olahan Pangan Berbasis Protein

Pembekuan tepat jaga kualitas produk ikan segar

Salah satu cara yang digunakan untuk menjaga kualitas ikan segar yaitu menggunakan metode pembekuan individual quick freezing (IQF).

IQF atau yang juga dikenal dengan istilah flash freezing merupakan metode pembekuan secara cepat dan terpisah-pisah pada suhu yang sangat rendah.

Metode pembekuan quick freezing di Japfa jaga kualitas ikan segar Youtube/JAPFA Indonesia Metode pembekuan quick freezing di Japfa jaga kualitas ikan segar
Dilansir dari video bertajuk 'Produk Seafood Segar dan Higienis dari JAPFA' yang diunggah Youtube JAPFA Indonesia, Februari 2016, pembekuan quick freezing ini dilakukan dengan membawa ikan hasil panen ke pabrik dalam kondisi masih hidup.

Ikan kemudian dibleeding atau dikeluarkan darah dan kotorannya, lalu dipisahkan dari tulang atau durinya (fillet), kemudian langsung dibekukan.

Dijelaskan oleh Nanda Harsi, sales manager PT. Suri Tani Pemuka (anak perusahaan Japfa), ikan yang melalui proses quick freezing tekstur dagingnya akan tetap segar. Kualitas dan nilai gizi produknya pun tetap terjaga.

Sementara, pada produk ikan yang pembekuannya lambat, akan mengalami penurunan kualitas terutama saat proses pencairan atau thawing.

Proses pembekuan cepat juga mencegah reaksi alergi pada orang yang sensitif dengan produk ikan.

Hal itu karena quick freezing dapat menekan histamin atau senyawa pada ikan yang dapat menyebabkan keracunan makanan dengan gejala, seperti gatal-gatal, mual, dan sensasi terbakar pada mulut atau kerongkongan.

Selain melalui metode pembekuan yang tepat, produk ikan segar di pasaran yang layak konsumsi sebaiknya memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

Ini merupakan sertifikat atau bukti bahwa suatu unit usaha produk hewan telah memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi sehingga dapat menjamin keamanan produk hewani yang beredar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau