Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kepribadian Dibentuk, Keturunan atau Pengaruh Sosial?

Kompas.com - 03/10/2024, 10:35 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Apakah kita terlahir sudah satu paket dengan kepribadian ataukah itu hasil dari lingkungan sosial? Ini adalah pertanyaan yang jadi perdebatan lama dan belum mampu dijawab secara pasti oleh ilmuwan atau filsuf.

Kepribadian sendiri diartikan sebagai cara kita berpikir, merasakan, dan berperilaku, yang membedakan tiap individu.

Kepribadian lebih luas daripada sekadar mengidentifikasi sifat individu. Ini mencerminkan pola perilaku dan emosi yang lebih holistik dan menyeluruh.

Sifat-sifat adalah komponen dari kepribadian. Misalnya, seseorang yang memiliki sifat ekstrover, terbuka, dan rendah neurotisme kemungkinan akan memiliki kepribadian yang menyenangkan dan sosial.

Beberapa analisis menunjukkan sebagian besar kepribadian kita diturunkan, tapi tingkat pastinya (termasuk jenis sifat yang diwariskan) masih jadi misteri.

Baca juga: Memilih Gaya Belajar yang Sesuai Tipe Kepribadian Anak

Berdasarkan penelitian genetik, para ilmuwan memperkirakan 30-60 persen kepribadian kita adalah warisan. Tetapi dalam perjalanan hidup bisa saja kepribadian berubah.

Sebuah kajian terhadap penelitian yang melibatkan kembar identik dan juga anak adopsi menunjukkan, kembar identik, walau dibesarkan di lingkungan berbeda, memiliki banyak kesamaan kepribadian dibandingkan dengan kakak beradik bukan kembar, atau anak adopsi.

Penelitian-penelitian tersebut secara khusus mengamati "lima besar sifat kepribadian" yaitu keterbukaan pada pengalaman, neurotik, ekstraversi, sifat berhati-hati, dan mudah bersepakat.

Ilustrasi kembar identikSHUTTERSTOCK/The Faces Ilustrasi kembar identik

Tentu saja faktor lingkungan, seperti pengalaman masa kecil dan juga pengaruh budaya, punya peran besar dalam membentuk kepribadian seseorang.

Sebagai contoh anak-anak yang dibesarkan dalam kondisi yang buruk, misalnya diabaikan, jadi korban kekerasan, atau kemiskinan, pada umumnya lebih impulsif. Para ahli meyakini hal tersebut terjadi karena lingkungan "mengaktifkan" gen perangai impulsif yang mungkin sebelumnya tidak aktif.

Sebaliknya, anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang aman, sehat, dan juga diasuh dengan baik, cenderung punya watak lebih tenang karena gen yang lain yang diaktifkan.

Baca juga: Studi: Kepribadian Narsistik Melunak Seiring Bertambahnya Usia

Usia berapa kepribadian dibentuk

Pada dasarnya tidak ada patokan usia saat kepribadian seseorang terbentuk, karena proses itu berlangsung terus sepanjang usia.

Kendati begitu, menurut kajian tahun 2020 disebutkan, kepribadian seseorang berakar pada watak awal, yang sudah bisa diamati sejak usia 4 bulan.

Temperamen terdiri dari dua bagian inti, yaitu reaktivitas atau respon emosional, dan juga regulasi diri atau kemampuan mengendalikan respon.

Misalnya, seorang bayi yang menunjukkan menggerakkan bagian tubuhnya dengan bersemangat saat diperlihatkan mainan dianggap sangat reaktif. Jika bayi itu tersenyum dan bersuara, maka bayi itu dianggap memiliki perasaan positif yang tinggi, yang terkait dengan sifat kepribadian ekstroversi.

Kepribadian pun dapat berubah sepanjang usia, baik disengaja atau tidak. Menurut penelitian, secara umum jarang ada kepribadian yang stabil terus.

Perubahan kepribadian itu bisa terjadi di usia 20 dan 40 tahun, tapi juga bisa terjadi di usia lebih tua.

Baca juga: Bahaya Sering Marah-marah Terhadap Kesehatan

Walau setiap orang unik, tapi para ahli menegaskan bahwa banyak orang menunjukkan rasa percaya diri, kehangatan, kontrol diri, dan juga kestabilan emosi, seiring bertambahnya usia.

Bisa dikatakan, walau sebagian dari sifat dan kepribadian kita mungkin diwarisi secara genetik, tetapi bagaimana sifat-sifat ini diekspresikan dan berkembang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, pengalaman, dan interaksi dengan orang lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau