KOMPAS.com - Penyakit jantung memiliki banyak faktor risiko, salah satu yang bisa dikontrol adalah asupan makanan dan minuman Anda.
Menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024, penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian terbesar dari penyakit kardiovaskular.
Pada konferensi pers hari Jantung Sedunia 2023, penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbanyak kedua di Indonesia.
Baca juga: Apa Saja Jenis Penyakit Jantung? Berikut Ulasannya...
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyatakan bahwa penyakit jantung menempati peringkat pertama dengan biaya jaminan tertinggi, mencapai Rp 17,62 triliun dengan 20 juta kasus (Untari, 2024).
Untuk mencegah penyakit jantung, Anda harus memerhatikan asupan makanan dan minuman Anda sehat.
Apalagi, di tengah tren pola konsumsi saat ini yang memberikan kemudahan untuk gaya hidup, tetapi cenderung tidak sehat.
Apa makanan yang berkontribusi meningkatkan risiko penyakit jantung? Hal ini akan dibahas dalam artikel ini selanjutnya.
Baca juga: Tanda-tanda Peringatan Penyakit Jantung yang Muncul pada Kulit
Menurut laporan BPS 2024, pola konsumsi tidak sehat yang meningkatkan risiko penyakit jantung mengarah pada makanan siap saji yang tinggi karbohidrat, lemak tidak sehat, serta tambahan gula dan garam.
Lebih spesifik lagi, kontributor penyakit jantung dari konsumsi karbohidrat yang berlebihan, utamanya dalam bentuk karbohidrat olahan dan mengandung gula tambahan.
Di populasi Asia, konsumsi karbohidrat olahan dan gula tambahan merupakan faktor risiko penyakit jantung yang lebih tinggi di antara lainnya.
Faktor risiko tersebut juga meliputi minuman, ini tidak terbatas hanya pada makanan.
Baca juga: Gejala Awal Penyakit Jantung dan Pencegahannya
Hasil penelitian Narain et al. (2016) juga mengungkapkan bahwa minuman ringan (soft
rink) dan minuman manis dikaitkan dengan peningkatan risiko serangan jantung sebesar
22 persen.
Kemudian, makanan berlemak yang berbahaya adalah makanan cepat saji dan olahan yang mengandung lemak jenuh dan trans (Peter et al., 2018).
Sayangnya, faktor risiko penyakit jantung tersebut didukung tren konsumsi makanan dan minuman saat ini.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan fenomena peningkatan perilaku konsumsi makanan dan minuman cepat saji yang tidak sehat dari 2018 ke 2023.
Baca juga: Kemarahan Singkat Bisa Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung