Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendobrak Hambatan Psikologis Takut Cek Kanker Payudara

Kompas.com - 01/11/2024, 11:37 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kesadaran perempuan untuk melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi kanker payudara masih sangat rendah. Berbagai hambatan psikologis menjadi penyebabnya.

Sebagian perempuan mungkin sudah sadar dengan tanda kanker payudara, misalnya muncul benjolan. Tapi, seringkali ada ketakutan untuk memeriksakan diri, apalagi melakukan deteksi dini dengan mamografi.

Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof.Aru W Sudoyo Sp.PD, mengatakan banyak perempuan yang takut terdiagnosis kanker payudara.

"Banyak yang takut kalau ternyata terdiagnosis lalu harus bagaimana. Hambatan psikologis ini yang membuat sulit mengajak perempuan untuk memeriksakan diri," papar Prof.Aru dalam acara konferensi pers Asosiasi Advokasi Kanker Perempuan Indonesia (A2KPI) di Jakarta (31/10/2024).

Deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu sadari (pemeriksaan payudara sendiri) dan juga sadanis (pemeriksaan payudara klinis dengan USG atau mamografi).

Baca juga: Deteksi Kanker Payudara, Lakukan Sadari Setiap Siklus Menstruasi

Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSCM Prof.Soehartati Argadikoesoema Gondhowiardjo menjelaskan, jika ditemukan ada benjolan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan biopsi. Namun, menurutnya tidak semua benjolan di payudara karena kanker.

"Hanya 15-20 persen benjolan di payudara adalah kanker. Tapi benjolan ini nanti perlu dibiopsi untuk mengetahui apakah kanker atau bukan. Kalau pun kanker sudah ada guideline penanganannya," papr Prof.Soehartati.

Ia menambahkan, jika kanker ditemukan pada stadium awal maka angka kelangsungan hidupnya bisa sampai 90 persen. Karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi dini rutin.

Benjolan pada payudara yang belum disertai dengan tanda lain masih menunjukkan tanda awal dari kanker payudara.

Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kementrian Kesehatan, Theresia Sandra mengatakan, tak sedikit yang takut saat mengetahui terdiagnosis kanker payudara dan menunda pengobatan.

"Ada yang lebih memilih berobat alternatif dulu, lalu baru datang setelah ke dokter setelah stadium lanjut," ujarnya.

Penyintas kanker payudara dan Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia, Linda Agum Gumelar mengajak perempuan untuk menghilangkan ketakutan deteksi dini.

Baca juga: Deteksi Kanker Payudara, Mulailah Mamografi di Usia 40 Tahun

"Tidak perlu takut, kalau ditemukan di stadium awal kanker payudara bisa sembuh. Kanker ini adalah kanker yang palign ringan, selama ditemukan di stadium awal," kata Linda.

Hal yang sama disampaikan oleh Samantha Barbara dari komunitas Lovepink Indonesia, menurutnya melakukan Sadari rutin tiap bulan adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan.

"Lakukan Sadari tiap 7-10 hari setelah menstruasi. Bila teraba ada benjolan periksakan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau