Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Penanganan Anak Alergi Susu Sapi dan Laktosa Intoleran

Kompas.com - 21/11/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Laktosa intoleran dan alergi susu sapi adalah dua kondisi yang banyak dialami oleh anak. Meski begitu, keduanya adalah kondisi berbeda yang sering disalahpahami sehingga penanganannya juga kurang tepat.

Laktosa intoleran merujuk pada ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa dalam produk susu sehingga biasanya menyebabkan bayi mengalami diare. Sedangkan alergi susu sapi memiliki gejala yang lebih luas.

"Alergi susu sapi bisa menyebabkan gejala diare, terkadang juga eksim, kolik, atau gangguan lain. Sedangkan laktosa hanya menyebabkan diare saja," papar pakar alergi dan imunologi Prof.Anang Endaryanto Sp.A(K) dalam acara expert scientific lecture di Pusat Riset dan Inovasi Global Danone di Utrecht, Belanda (19/11/2024).

Ia menyebutkan, perbedaan utama dari kedua kondisi itu adalah laktosa intoleran berkaitan dengan sistem pencernaan, sedangkan alergi susu sapi melibatkan sistem imun tubuh.

Angka kejadian alergi susu sapi terus meningkat, termasuk di Indonesia dengan jumlah kasus mencapai 0,5 - 7,5 persen per tahun dari jumlah kelahiran bayi.

Baca juga: Mengapa Bayi yang Lahir Caesar Punya Sistem Imun Rendah

 

Salah satu faktor yang memicu kondisi ini adalah persalinan caesar. Berbagai penelitian mengaitkan persalinan caesar dengan gangguan komposisi mikrobiota usus pada bayi, yang berpotensi mempengaruhi kesehatan jangka panjang.

Selain itu, faktor risiko terjadinya alergi protein susu sapi pada bayi termasuk kelahiran prematur, alergi makanan pada ibu, pemberian antibiotik selama kehamilan, dan pengenalan makanan pendamping saat anak berusia kurang dari 4 bulan.

Prof.Anang mengatakan, alergi susu sapi tidak bisa diremehkan apalagi seringkali terjadi pada periode kritis pertumbuhan dan perkembangan anak.

"Jika tidak diatasi alergi susu sapi bisa menyebabkan inflamasi kronik dan ini terjadi pada periode kritis pertumbuhan dan perkembangan sistem imun anak. Dampaknya adalah terganggunya kecerdasan fisik dan mental, serta dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit tidak menular," paparnya.

Baca juga: Alergi Susu Sapi pada Anak Bisa Dicegah Sejak Dalam Kandungan

Ilustrasi perkembangan motorik normal pada bayi. Ilustrasi perkembangan motorik normal pada bayi.

Penanganan alergi susu sapi

Pemberian ASI merupakan standar utama dalam pemberian nutrisi untuk bayi, namun jika bayi yang mendapat ASI menunjukkan gejala alergi susu sapi, ibu harus melakukan eliminasi atau pantang mengonsumsi produk yang mengandung susu sapi sementara.

"Proses eliminasi bisa selama 2-4 minggu, lalu dicoba kembali ibu mengonsumsi produk susu sapi selama seminggu untuk melihat apakah gejalanya muncul kembali. Jika tidak muncul, bisa dilanjutkan. Tapi kalau ada gejala maka ibu harus eliminasi produk susu sapi selama memberikan ASI," kata prof.Anang.

Sementara itu pada bayi yang tidak mendapatkan ASI karena berbagai hal, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter anak untuk memastikan jenis alerginya dan juga mendapat rekomendasi susu formula pengganti yang kandungan nutrisinya mendekati protein susu sapi.

Baca juga: Mengapa Makin Tua Jadi Laktosa Intoleran

Pada anak yang mengalami laktosa intoleran, bisa diberikan susu rendah laktosa sampai gejalanya membaik.

Menurut prof.Anang, reaksi laktosa intoleran biasanya hanya bersifat sementara karena seiring waktu tubuh akan mampu memproduksi enzim laktosa kembali.

Sementara itu, untuk bayi alergi susu sapi terdapat beberapa pilihan susu pengganti, antara lain susu formula soya, ekstensif hydrolisis formula (eHF) atau pun amino acid based formula. Pilihan susu pengganti ini disesuaikan dengan berat ringannya alergi.

Peneliti di Pusat Riset dan Inovasi Global Danone, Simone Eussen, mengatakan panduan dari ESPGHAN (European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition) untuk pemberian susu bagi anak alergi susu sapi adalah susu eHF sebagai pilihan pertama.

"Sementara itu untuk alergi yang berat bisa diberikan susu formula berbasis asam amino," kata Eussen.

Ia menyebutkan, sama seperti di Indonesia, di Eropa pemberian susu untuk anak alergi susu sapi juga harus diresepkan dokter. Namun, di Eropa pembiayaannya ditanggung asuransi atau jaminan kesehatan dari pemerintah.

Mengenai paparan susu sapi sejak dini untuk menghindari alergi, menurut Eussen belum banyak hasil penelitian yang cukup kuat untuk mendukung hal tersebut.

"Memang pengenalan sejak dini itu terbukti efektif untuk mencegah alergi kacang, tapi belum cukup kuat pada alergi susu sapi. Selain itu harus diingat bahwa pengenalan sejak dini hanya boleh dilakukan pada anak yang sehat atau tidak punya riwayat alergi," katanya.

Baca juga: Badan Mudah Lelah Bisa Menjadi Tanda Alergi Susu Sapi pada Anak

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau