TRADISI minum teh telah mengakar di berbagai budaya dunia seperti China, Jepang dan India. Ketika Portugis memperluas kekuasaan mereka ke Asia pada abad ke-16, komoditas teh diperkenalkan ke Eropa, menciptakan permintaan global yang besar.
Belanda dan Portugis kemudian membawa tradisi ini ke wilayah tropis Asia, termasuk Indonesia, dengan mendirikan perkebunan teh yang menjadi fondasi penting dalam perekonomian kolonial.
Sejak itu, teh menjadi bagian dari sejarah pertanian Indonesia sekaligus komoditas ekspor yang menjanjikan.
Indonesia, sebagai salah satu produsen teh terbesar di dunia, memiliki kekayaan alam yang melimpah dengan kualitas daun teh yang unggul.
Baca juga: Teh Artisan: Dedikasi, Kreativitas, dan Keberlanjutan
Salah satu produk andalannya, teh hijau, telah menjadi minuman favorit masyarakat lokal sekaligus mendapatkan pengakuan global berkat manfaat kesehatannya.
Teh hijau, yang diproses dengan oksidasi minimal, kaya akan polifenol seperti epigallocatechin gallate (EGCG), senyawa bioaktif yang terbukti memiliki berbagai manfaat kesehatan, mulai dari mencegah penyakit kronis hingga memperkuat sistem imun.
Potensi teh hijau sebagai minuman sehat modern menjadikannya komoditas strategis, baik di pasar lokal maupun internasional.
Ironisnya, di balik sejarahnya yang panjang, produksi dan ekspor teh Indonesia justru mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir.
Meskipun, data dari International Tea Committee (ITC) menunjukkan konsumsi teh domestik terus meningkat, naik dari 0,23 kg per kapita pada 2008 menjadi 0,38 kg per kapita pada 2022.
Tren ini didukung oleh popularitas produk teh siap minum (ready-to-drink) yang makin diminati.
Meski demikian, konsumsi teh Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia (0,84 kg per kapita) dan Turkiye (3,16 kg per kapita).
Tantangan ini menunjukkan perlunya langkah strategis untuk meningkatkan konsumsi teh di dalam negeri sekaligus memperkuat posisinya di pasar global.
Daun teh yang dipanen di Indonesia diolah dengan berbagai teknik yang menghasilkan enam jenis utama teh, yaitu teh putih, teh hijau, teh kuning, teh oolong, teh hitam, dan dark tea (teh fermentasi seperti pu-erh).
Proses pengolahan menentukan karakteristik kimia dan sensorik masing-masing jenis teh.
Baca juga: Mengembalikan Kejayaan Industri Teh Indonesia
Teh hijau, salah satu yang paling populer, dibuat dengan mengukus daun segar pada suhu tinggi untuk menonaktifkan enzim oksidatif, sehingga kandungan polifenolnya tetap utuh.