Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Multitasking" Sudah Kuno, Fokus pada Satu Hal Lebih Menyehatkan

Kompas.com - 07/04/2025, 13:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Selama ini konsep mengerjakan banyak tugas sekaligus alias multitasking merupakan keterampilan yang layak untuk dicantumkan dalam resume.

Dengan kata lain, semakin banyak "bola" yang dapat kita lambungkan tanpa terlihat goyah, semakin mahir kita di mata teman, kolega, dan atasan.

Namun, budaya kerja keras dan konsep mengerjakan banyak tugas secara bersamaan mulai ditinggalkan. Terlebih lagi, penelitian memberi tahu kita bahwa multitasking justru dapat membuat kita kurang produktif. Sebaliknya, melakukan satu tugas saja pada satu waktu jauh lebih baik untuk kesehatan dan produktivitas.

Masalah dengan multitasking
Sederhananya, multitasking adalah saat kita mencoba melakukan lebih dari satu hal dalam satu waktu. Masalahnya adalah otak kita tidak dirancang untuk menangani tugas dengan cara ini.

Baca juga: Benarkah Multitasking Bikin IQ Turun 10 Persen?

Menurut Thatcher Wine, apa yang sebenarnya kita lakukan saat mencoba mengerjakan banyak tugas adalah 'pergantian tugas'.

"Semua pergantian tugas itu ada harganya. Itu membebani otak kita dan menyebabkan stres yang signifikan," kata penulis buku "The Twelve Monotasks: Do One Thing at a Time to Do Everything Better" ini.

Penelitian juga menunjukkan bahwa melakukan berbagai tugas dalam waktu lama justru membutuhkan durasi lebih lama dan lebih banyak kesalahan daripada jika kita mengerjakan satu hal dalam satu waktu.

Dalam beberapa kasus, multitasking dapat memengaruhi hubungan yang penting. Misalnya, menonton TV saat makan malam bersama keluarga atau membuka media sosial saat keluar bersama teman menyebabkan kita kehilangan kesempatan utama untuk benar-benar hadir.

Baca juga: Tips Bangkitkan Semangat Kerja Usai Liburan: Atur Ulang Pola Tidur dan Jaga Kesehatan

Ada beberapa tanda yang menunjukkan bahwa multitasking justru berdampak negatif bagi kita:

- Sulit fokus pada tugas yang sedang dikerjakan
- Gampang teralihkan
- Sering membuat kesalahan atau gagal memahami sebuah tugas
- Merasa kelelahan atau burnout
- Sering lupa pada hal-hal kecil saat sedang berinteraksi dengan orang lain
- Merasa interaksi kita dengan orang lain kurang bermakna

Baca juga: Bukan Stres Biasa, Ini 5 Tanda Burnout

Mulai berlatih untuk fokus ke satu tugas

Kita tidak dilahirkan dengan kemampuan untuk berkonsentrasi. Mampu fokus dengan penuh perhatian adalah keterampilan yang dipelajari dan akan semakin baik jika kita semakin sering berlatih.

“Monotasking adalah mengerjakan satu hal pada satu waktu dengan perhatian penuh, menyelesaikan tugas, lalu beralih ke hal lain,” kata Wine.

“Kuncinya adalah Anda memusatkan perhatian pada satu hal, seperti percakapan, tugas di kantor, atau bahkan olahraga atau perjalanan, dan menahan keinginan untuk beralih ke tugas lain.”

Melakukan hal ini mungkin terasa agak asing pada awalnya, terutama jika kita selama ini adalah seorang yang sering mengerjakan banyak tugas.

Bersikaplah lembut pada diri sendiri, karena butuh waktu untuk mengasah keterampilan ini. Contoh utamanya adalah seorang dokter bedah, yang perlu tetap fokus sepenuhnya selama berjam-jam. Banyak orang mungkin tidak dapat mencapai tingkat fokus yang mendalam ini pada awalnya, tetapi seiring waktu hal ini akan berjalan alami.

Baca juga: 10 Penyebab Sering Lupa dan Tidak Fokus, Termasuk Stres

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
multitasking sering dimanfaatkan banyak perusahaan demi iritnya pos biaya tenaga kerjanya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau