KOMPAS.com – Wabah chikungunya dilaporkan merebak di Kampung Cibiuk, Desa Sukaratu, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Hingga Kamis (10/4/2025), Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur mencatat total 43 warga mengalami gejala yang mengarah pada chikungunya.
“Melihat gejala yang dialami, kemungkinan besar chikungunya. Untuk memastikannya, kami masih menunggu hasil laboratorium yang keluar Jumat besok,” ujar Frida Layla Yahya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, melansir dari Antara, Sabtu (12/4/2025).
Baca juga: 43 Warga Cianjur Terjangkit Chikungunya, Sebagian Alami Nyeri Sendi
Dari jumlah tersebut, sebanyak 20 orang berjenis kelamin laki-laki, 17 perempuan, dan lima anak-anak. Sebagian besar pasien dirawat di rumah dengan pengawasan ketat dari tenaga kesehatan setempat.
Salah satunya ialah Anis (32), kepada Kompas.com, ia mengaku sempat dirujuk ke rumah sakit karena tidak mampu bangun dari tempat tidur. Diketahui, ia tengah hamil saat mengalami gejala tersebut.
Tak hanya itu, mengutip dari ANTARA, Kepala Puskesmas Bojongpicung, Heni Supenti, mengatakan bahwa sebagian pasien sempat mengalami kelumpuhan sementara, terutama anak-anak.
Baca juga: Hati-hati Serangan Penyakit di Musim Pancaroba: Flu hingga Chikungunya
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), chikungunya adalah infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes.
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi di Afrika pada tahun 1952 dan sejak itu menyebar ke wilayah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia.
Nama “chikungunya” berasal dari bahasa Makonde (Afrika Timur) yang berarti “berjalan membungkuk”, menggambarkan gaya jalan penderita akibat nyeri sendi yang parah.
Baca juga: 7 Gejala Chikungunya yang Pantang Disepelekan
Mengutip dari laman Centers for Disease Control and Prevention, orang yang terinfeksi chikungunya mengalami beberapa gejala, seperti:
Pada sebagian orang, terutama lansia dan penderita penyakit kronis, nyeri sendi bisa berlangsung selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
Gejala biasanya muncul 3–7 hari setelah seseorang digigit nyamuk yang terinfeksi.
Baca juga: Apakah Chikungunya Menular?
Melansir dari laman Kemenkes, saat ini belum ada vaksin khusus untuk chikungunya. Pencegahan utamanya adalah menghindari gigitan nyamuk, terutama di pagi dan sore hari. Langkah pencegahan yang dianjurkan meliputi:
Baca juga: Mengenal Gejala Chikungunya dan Cara Mencegahnya
Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit tropis berbasis vektor, terutama saat pergantian musim.
Chikungunya dapat mewabah dengan cepat di lingkungan yang tidak bersih dan banyak genangan air.
Jika Anda atau keluarga mengalami gejala mencurigakan setelah digigit nyamuk, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.