Para peneliti mengatakan, orang yang gemuk bakal tetap atau bertambah gemuk di kemudian hari jika berat badannya kerap menjadi bahan ejekan orang di sekitarnya.
"Ejekan sangat menyakitkan dan memiliki efek nyata pada kesehatan fisik," ujar ketua peneliti Angelina Sutin, profesor psikologi di Florida State University.
Sutin mengatakan, ejekan yang sebenarnya dimaksudkan untuk memotivasi ternyata justru menjadi kontra produktif.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal PLos One ini juga menyebutkan, ejekan akan merendahkan kepercayaan diri sehingga membuat orang gemuk lebih sulit untuk melakukan perubahan yang bermakna.
Direktur Yale University Prevention Center David Katz mengatakan, ejekan mempengaruhi kepercayaan diri dan menurunkan usaha yang dibutuhkan untuk mengontrol berat badan.
Saat ini prevalensi obesitas masih tinggi di sejumlah negara baik maju maupun berkembang, termasuk Indonesia. Bahkan menurut Riskesdas 2010, sebanyak 19,6 persen anak-anak di Jakarta sudah masuk dalam kategori gemuk.
"Kini sudah saatnya untuk memberi pengertian pada mereka yang gemuk," tegas Katz.
Dalam studi itu, Sutin dan timnya membandingkan tinggi dan berat badan dari sekitar 6.000 orang di tahun 2006 dan 2010. Mereka menemukan, orang gemuk dengan diskriminasi tahun 2006 dua setengah kali lebih mungkin untuk menjadi obesitas di 2010.
Simon Rego, direktur pelatihan psikologi di Montefiore Medical Center dan Albert Einstein College of Medicine di New York mengatakan, studi ini menunjukkan ejekan tidak hanya mempengaruhi kesehatan mental saja, tetapi juga kesehatan fisik.
"Jika benar, maka dibutuhkan intervensi bukan hanya pada individu, melainkan juga pada masyarakat secara luas," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.