KOMPAS.com - Saat menemukan orang dalam kondisi pingsan atau tak sadarkan diri, memberikan napas buatan merupakan salah satu cara untuk memberikan pertolongan. Jika dilakukan secara benar dan kondisi korban mendukung, tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa korban.
Napas buatan merupakan udara yang ditiupkan dari seseorang ke orang lainnya. Padahal, udara yang dihasilkan dari tiupan adalah udara yang sudah melewati pemrosesan di dalam tubuh yang berarti mengandung karbondioksida. Lantas kenapa napas buatan masih bermanfaat bagi korban?
Menurut Kepala Seksi PMR dan Relawan Palang Merah Indonesia Cabang Jakarta Agus Bastian, udara yang ditiupkan saat memberikan napas buatan memang adalah udara yang mengandung karbon, namun manfaat dari pemberian napas buatan umumnya lebih besar daripada kerugiannya.
"Ini karena persentase karbon dalam udara yang ditiupkan sebenarnya tidak besar dan tetap mengandung oksigen," ujar Agus dalam Workshop First Aid oleh Epic Nimbrung Asyik Kumpul (ENAK) di Jakarta, Sabtu (5/7/2014).
Udara yang dihirup untuk mendapatkan oksigen pun sebenarnya tidak sepenuhnya terdiri dari oksigen. Kadar oksigen di dalam udara yang dihirup hanya sekitar 21 persen. Setelah dihirup, udara diproses oleh tubuh dan kadarnya berkurang sekitar 5 persen, sehingga saat dihembuskan, udara masih mengandung 16 persen oksigen. Dari hasil memrosesan, tubuh memproduksi karbon sekitar 1 persen.
Dengan kata lain, udara yang dikatakan mengandung karbondioksida saat dihembuskan itu mengandung karbon 1 persen dan oksigen 16 persen. Karena kadar oksigennya masih tinggi, maka udara masih bisa memberikan manfaat bagi korban yang diberi napas buatan.
Kendati demikian, Agus menegaskan, sedarurat apapun keadaannya, pemberian napas buatan juga perlu memperhatikan standar keamanan, tujuannya untuk melindungi penolong dari tertular penyakit dari korban. Itulah mengapa, penolong perlu mengenakan alat perlindungan diri yang minimal terdiri dari masker dan sarung tangan.
"Kita tidak pernah tahu apakah korban memiliki penyakit, meski kita mengenal korban, tetapi masih mungkin kita tidak tahu ia memiliki penyakit. Maka mengenakan alat perlindungan diri itu penting," ujarnya.
Cara melakukan pernapasan buatan terdiri dari prinsip ABC atau airway (jalan pernapasan), breathing (pernapasan), dan circulation (sirkulasi).
- Airway: buka jalan pernapasan
Sebelum membuka jalan pernapasan, maka yang perlu dipastikan adalah kesadaran dari korban. Tes kesadaran bisa dilakukan dengan memanggil korban. Bila tidak ada respon maka bisa dilanjutkan dengan mencubit lenggan atau menekan dada korban. Jika korban tidak memberikan reaksi apapun, maka segeralah cek apakah jalan napasnya tertutup atau tidak.
Biasanya jika korban tidak sadar maka otot menjadi rileks dan lidahnya pun menyumbat jalan pernapasan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memiringkan kepala dan mengangkat dagu supaya lidah menjauh dari saluran pernapasan. Penolong juga perlu mengangkat kepala dan dagu korban untuk membuka jalan pernapasan.
- Breathing: bernapas bagi korban
Prinsip pernapasan buatan mulut ke mulut sederhana saja, penolong bernapas bagi korban yang tidak bereaksi. Caranya adalah dengan mendongakkan kepala korban dengan menaruh telapak tangan penolong di dahi korban. Kemudian menutup lubang hidung, dan meniup rongga mulut korban. Peniupan dilakukan sekitar 10 sampai 12 kali per menit.
Pastikan penolong selalu memantau reaksi korban. Bila ada tanda-tanda bernapas, batuk, atau gerakan maka lanjutkan ke perbaikan sirkulasi. Namun bila belum bernapas, lakukan lagi memberikan pernapasan buatan.
- Circulation: memulihkan sirkulasi darah
Agar oksigen sampai ke otak, aliran darah korban harus dipulihkan. Apabila tidak menemukan tanda-tanda kehidupan pada korban maka penekanan jantung perlu dilakukan untuk memulihkan sirkulasi darah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.