Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat RS Menolak Operasi Pasien HIV

Kompas.com - 25/05/2011, 10:43 WIB

MEDAN, KOMPAS.com -  Simon Sianipar (32), warga Medan Selayang akhirnya harus tidur kembali di rumahnya setelah 27 hari dirawat di RS Pirngadi Medan tanpa penanganan berarti.  Harapannya agar kanker usus yang ia derita segera diangkat kini sirna setelah rumah sakit pemerintah itu menolak mengoperasi dirinya dengan alasan peralatan operasi rumah sakit terbatas.

Yang menyakitkan bagi Simon, selama berminggu-minggu ia menaruh harapan akan terkurangi sakitnya. Dengan setia ia menunggu jadwal operasi keluar. Nama-nama dokter yang akan mengoperasinya pun sudah ditangan. Namun tiba-tiba semua batal, karena ia adalah penderita HIV.  

"Saya open status supaya rumah sakit hati-hati. Tapi kenapa setelah dirawat begitu lama baru dikatakan RS tak bisa melayani operasi," tutur penderita HIV yang mau namanya ditulis lengkap di media itu kelu, Selasa (24/5/2011).

"Kini semua harus dimulai dari awal lagi. Kami dirujuk ke RSUP Adam Malik. Kenapa tidak dari dulu dirujuk, setelah hampir sebulan kami menginap di Pirngadi," tutur Maria, sukarelawan pendamping HIV/AIDS di RS Pirngadi, Medan.

Selama dirawat di bangsal rumah sakit pemerintah itu , Simon hanya mendapatkan obat antibiotik. Ia tidak bisa diinfus karena jarum akan membuat tubuhnya bengkak. Ia juga hanya mengkonsumsi susu dan bubur lunak karena tidak bisa buang air besar. Perutnya sakit luar biasa. Operasi setidaknya akan mengurangi rasa sakit itu.

Seluruh biaya perawatan di bangsal ditanggung oleh dana talangan kesehatan Pemerintah Provinsi Sumut (dana tambahan asuransi kesehatan masyarakat miskin) setelah Maria pontang-panting mengurus administrasinya. Kini Maria pun harus pontang-panting mengurusnya kembali karena rumah sakitnya berpindah.

Saat pertama kali diberitahu bahwa rumah sakit tak bisa mengoperasi, Senin lalu, kondisi Simon tampak kacau. Namun ia pasrah.

"Perawat hanya mengatakan tak tersedia ruang bedah yang memadai untuk pasien HIV/AIDS. Sebab setelah ruang bedah digunakan oleh penderita HIV/AIDS, ruangan harus disterilkan selama tiga hari, berbagai peralatan harus dibuang dan tidak bisa dipakai kembali. Sementara pasien yang akan melakukan operasi mengantri. Rumah sakit tak mau rugi," kata Maria.

Surat rujukan itu datang Senin sore ditandatangani Kepala Bagian Pelayanan Umum Risma Sinaga. Surat menyatakan tak tersedia peralatan operasi yang memadai sehingga pasien dirujuk ke RS Adam Malik.

Simon pun pergi ke RS Adam Malik, dan dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Setelah proses administrasi beres, ia ternyata tak bisa rawat inap karena belum ada jaminan siapa yang menanggung biayanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com