KOMPAS.com - Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara mendengkur dengan hiperaktivitas dan ADHD. Sebuah artikel baru pada jurnal SLEEP mengatakan bahwa ngorok (mendengkur lebih dari separuh waktu tidur) lebih sering ditemui pada anak-anak yang telah terdiagnosa dengan ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder). Dan setelah dilakukan perawatan, 25% dari anak-anak tersebut tak masuk dalam kriteria ADHD lagi.
Penelitian lain yang dimuat jurnal Pediatric Pulmonology menyebutkan bahwa anak-anak mendengkur yang terdiagnosa dengan sleep apnea, didapati mengalami kemunduran fungsi-fungsi kognitif, konsentrasi, pemahaman verbal serta gangguan-gangguan perilaku lainnya. Setahun setelah perawatan, didapati perubahan bermakna pada perilaku dan kualitas hidupnya. Penelitian ini juga mengungkapkan sleep apnea di usia dini dapat mengakibatkan gangguan perilaku jangka panjang.
Artikel lain dari Journal of the International Neuropsychological Society juga memberikan hasil yang kurang lebih sama. Anak-anak pendengkur yang telah terdiagnosa sleep apnea, setelah dirawat mengalami perbaikan fungsi-fungsi luhur, seperti kemampuan konsentrasi, kemampuan belajar, serta kemampuan mengingat.
Sleep Apnea
Mendengkur pada anak, merupakan salah satu tanda dari sleep apnea, atau henti nafas saat tidur. Akibat sempitnya saluran nafas, secara periodik, saluran tersebut menyempit saat tidur. Akibatnya, aliran udara masuk dan keluar akan terganggu. Mekanisme sesak berkala ini juga membangunkan otak dari tidur, sehingga kualitas tidur pun buruk. Namun tak semua mendengkur itu berbahaya, hanya yang menyebabkan gangguan nafas saja yang perlu dirawat. Untuk membedakan dengkur biasa dengan sleep apnea, dibutuhkan pemeriksaan tidur di laboratorium tidur. Sebuah pemeriksaan yang terkesan rumit namun sebenarnya amat sederhana.
ADHD
ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan psikologis yang paling sering ditemui pada anak usia sekolah. Gejala utama ADHD adalah hiperaktivitas, kesulitan mempertahankan konsentrasi, serta impulsifitas. Menurut data CDC, di Amerika ADHD diderita oleh 5,2 juta anak berusia 3-17 tahun. Artinya 8,4% dari populasi. Para ahli, kini mulai menyadari hubungan erat antara gangguan nafas saat tidur dan kualitas tidur, dengan perkembangan dan perilaku anak. American Academy of Pediatrics (AAP) bahkan menyatakan, gangguan perilaku anak merupakan gejala dan juga akibat dari sleep apnea yang tak dirawat.
Sebuah penelitian jangka panjang bahkan menunjukkan bahwa anak-anak yang mendengkur, dalam waktu 4 tahun, memiliki risiko 4x lipat untuk menjadi hiperaktif.
Dari mendengkur ke gangguan perilaku
Laporan dari European Sleep Research Society memberikan sedikit pencerahan tentang hubungan antara sleep apnea dengan gangguan perilaku anak. Karena henti nafas berulang, otak akan terbangun-bangun dari tidur tanpa terjaga hingga kualitas tidur buruk. Penderita akan bangun tak segar dan terus mengantuk. Kantuk yang dialami bukanlah kantuk biasa, namun kantuk berlebihan. Untuk melawan rasa kantuk, seorang anak malah menjadi hiperaktif. Lebih jauh, proses tidur yang terpotong-potong dan turunnya kadar oksigen mengganggu efek restoratif tidur.
Akibat lanjutannya adalah rusaknya sel-sel pada sistem saraf pusat. Area prefrontal dari permukaan otak jadi terganggu. Ini adalah area dimana fungsi-fungsi luhur seperti kemampuan kognitif bekerja. Akibat buruk mendengkur bukan hanya mempengaruhi masa kanak-kanak saja. Remaja dengan performa buruk dilaporkan 2,8 kali lipat lebih banyak yang mendengkur di masa kanak-kanaknya, dibanding remaja dengan prestasi baik.
Akhir kata, jika Anda sebagai orang tua menemukan anak mendengkur keras dan mulai menampakkan gejala-gejala hiperaktif, segera konsultasikan dengan dokter anak. Untuk selanjutnya akan diperiksakan ke Sleep Disorder Clinic untuk menjalani pemeriksaan tidur. Perawatan sleep apnea, akan memperbaiki kesehatan, kebugaran dan prestasi anak. Pemeriksaan dan perawatan dengkur pada anak, akan menyelamatkan masa depannya. Masa depan anak yang baik juga akan menjamin masa depan Indonesia yang lebih baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.