KOMPAS.com - Menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah momen yang sangat dinantikan umat muslim. Banyak yang berharap dapat menjalankan ibadah puasa sebulan penuh di bulan istimewa ini. Hal sama mungkin juga dirasakan penderita kanker. Kendati harus berjuang melawan pertumbuhan sel ganas yang menggerogoti tubuh, keinginan berpuasa tentu sama dengan yang tidak menderita kanker.
Banyak orang mungkin berpikir puasa adalah hal tak dapat dilakukan para penderita kanker mengingat kondisi kesehatannya. Padahal faktanya, penderita kanker bisa tetap berpuasa meskipun dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi.
"Tidak ada masalah dengan puasa, asal dijalankan dengan cara yang betul. Kalau metodenya benar, manfaat baik puasa akan terasa," kata survivor kanker sekaligus praktisi gaya hidup sehat Liong Pit Lin dalam seminar Belajar Pola Hidup Sehat untuk Perangi Kanker di Rumah Anyo Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Salah satu metode, menurut Liong, adalah dengan membatasi asupan yang manis. Liong mengatakan, puasa bukan berarti memberi izin untuk makan semua yang manis, apalagi ketika waktu berbuka tiba.
Seorang penderita kanker, menurut Liong, sebetulnya tak diperbolehkan lagi mengkonsumsi gula putih. Sehingga, asupan sirup dan kolak saat berbuka tak boleh lagi ada. Asupan gula harus diganti dengan rasa manis yang berasal dari buah dan sayur.
"Gula adalah cancer feeder. Asupan gula yang berlebih akan memicu kanker," kata Liong.
Sel kanker sendiri membutuhkan banyak gula sebagai energi pertumbuhannya. Sayur dan buah harus dinomorsatukan dalam menu sahur serta berbuka. Dalam sehari sayur dan buah yang dikonsumsi, minimal berjumlah 7 porsi. Bila tidak mampu makan langsung, bisa dikonsumsi dalam bentuk jus tanpa gula tambahan.
"Saat bangun sahur langsung minum air putih, setelah itu makan buah," kata Liong.
Buah, menurutnya, lebih baik dikonsumsi saat perut kosong sehingga penyerapannya lebih maksimal. Selanjutnya, bisa makan nasi dan lauk. Saat berbuka, Liong kembali menyarankan konsumsi buah dan sayur. Setelah itu baru bisa makan seperti biasa.
Dua jam usai makan, Liong kembali menyarankan jus buah atau sayur sebagai penutup. Untuk nasi, Liong menyarankan konsumsi beras merah. Hidangan ini berindeks glikemik rendah sehingga menjamin kecukupan energi, karena pelepasan gula yang perlahan.
Untuk lauk, Liong menyarankan, yang kaya gizi dan tidak digoreng. Lauk yang digoreng akan meningkatkan asupan lemak jenuh, dan memicu pertumbuhan sel kanker.
"Jadikan kanker sebagai teman. Kalau kita baik memperlakukan dia, tentu dia juga baik terhadap kita," kata Liong.
Perlakuan baik adalah, dengan meningkatkan asupan kaya gizi dalam sayur dan buah, meski sedang puasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.