Wanita tersebut mengaku pandangan di bagian bawah matanya mulai kabur. Ia mulai mengalami gejala-gejala chikungunya beberapa hari setelah kembali dari liburannya dan segera berobat.
Pada awalnya, penglihatan kedua matanya normal, tetapi beberapa hari kemudian ia hanya bisa membaca tiga baris teratas dari tabel tes mata di dokter mata. Hasil tes darah menunjukkan ia positif chikungunya. Namun, dokter tetap melakukan pemeriksaan lain untuk memastikan penyebab gangguan penglihatannya, misalnya infeksi, tumor, atau peradangan pada matanya.
Dokter memang memberikan steroid untuk mengurangi peradangan pada tubuhnya akibat virus tersebut, tetapi tidak cukup cepat untuk mencegah kerusakan pada matanya.
Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk pembawa virus ini. Penyakit ini menyebar di Asia, Afrika, Karibia, Amerika Latin, dan sebagian wilayah di Amerika Serikat.
Dari kasus yang dialami wanita tersebut, para ahli menduga kebutaan bisa jadi adalah komplikasi dari chikungunya yang jarang dilaporkan.
"Hilangnya penglihatan adalah komplikasi lanjutan dari infeksi chikungunya. Karena itu, jika mengalami gangguan penglihatan, segera beri tahu dokter untuk mendapat pengobatan," kata dr Abhijit Mohite, yang merawat wanita tersebut.
Para ahli pertama kali mengenali chikungunya di Tanzania tahun 1952. Nama chikungunya berasal dari kata Afrika Timur yang berarti "yang tertekuk" karena orang yang terinfeksi virus ini biasanya otot dan sendinya menekuk.
Gejala lain dari chikungunya adalah demam, sakit kepala, mual, muntah, dan bercak merah di kulit. Sejauh ini, belum ada vaksin atau obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun, obat-obatan seperti steroid bisa mengatasi gejalanya, termasuk peradangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.