Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/08/2015, 07:45 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Sejatinya nyeri ibarat sebuah alarm yang memberitahu kita ada sesuatu yang salah pada tubuh. Kenyataannya, nyeri bikin jengkel dan menderita karena mengganggu kualitas hidup.

Rasa nyeri di tubuh itu bisa jadi pertanda ada masalah di otot atau persendian. Bisa jadi nyeri yang dialami merupakan tanda adanya kanker.

"Nyeri yang mengganggu itu persis seperti alarm mobil yang sangat sensitif, sedikit-sedikit bunyi hanya gara-gara terkena daun atau hembusan angin," kata Dr. Alfred Sutrisno, SpBS, seorang dokter ahli saraf.

Jenis nyeri ada beberapa. Misalnya, nyeri seperti kesetrum, terasa nyut-nyutan, kencang, atau pun terasa cekot-cekot. "Kadar nyeri itu bisa diberi skor dari nol hingga 10. Skor nyeri 10 itu biasa dialami oleh penderita kanker stadium akhir. Untuk nyeri yang seperti ini, dokter biasanya akan memanipulasi rasa nyeri agar tidak mengganggu penderitanya," papar dokter yang praktik di RS Pantai Indah Kapuk dan RS Omni Alam Sutra ini.

Nyeri yang paling umum diderita adalah nyeri kepala. Nyeri di kepala ini lazim dialami kaum hawa, sedangkan pria lebih sering mengalami nyeri tulang belakang.

Gangguan di tulang belakang ini bisa terjadi di leher, punggung, pinggang dan tulang ekor. Nyeri di leher biasa dialami gara-gara posisi duduk di meja kerja yang tak tepat. Sakit luar biasa di punggung bisa jadi karena osteoporosis dan tulang belakang ambruk.

Sedangkan nyeri di pinggang bisa jadi karena cedera, otot mengerut, bantalan tulang belakang pecah terjadi radang, bisa juga karena proses penuaan.

"Nyeri di tulang ekor ini terjadi karena penderitanya terbiasa duduk di kursi keras dan tak ergonomis selama berjam-jam," terangnya.

Mengatasi nyeri di tulang belakang ini dibutuhkan konsultasi dengan seorang ahli tulang belakang. "Sebaiknya sebelum olahraga, mereka yang punya keluhan sebaiknya memeriksakan kondisi tulang belakang ke ahlinya," katanya.

Saat memeriksa, dokter ahli tulang belakang akan melakukan tes menggunakan alat seperti CT Scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Ketika dibutuhkan, dokter akan memberikan terapi pain management.

Bila diperlukan, dokter pun akan merekomendasikan operasi. "Tidak perlu takut dengan tindakan bedah. Pasalnya, saat ini peralatan sudah canggih dan dokter pun semakin baik menguasai teknik bedah yang maju," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau