Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2016, 12:10 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber Daily Mail

KOMPAS.com - Boleh dibilang pil kontrasepsi adalah revolusi seksual bagi wanita. Tetapi banyak pil KB menimbulkan efek kurang menyenangkan. Para ahli berupaya menemukan alternatif metode pencegah kehamilan yang lebih efektif, salah satunya lewat aplikasi ponsel.

Dirancang sepasang suami istri dan diluncurkan di Swiss, sebuah aplikasi ponsel menawarkan diri sebagai alat kontrasepsi alternatif yang punya tingkat kesuksesan sama dengan pil dalam hal mencegah kehamilan.

Menggunakan suhu tubuh, perangkat lunak Natural Cycles mengingatkan penggunanya hari-hari dalam sebulan yang berisiko menyebabkan kehamilan ketika berhubungan seks tanpa alat pelindung.

Alat itu meminta penggunanya mencatat secara digital panas tubuh setiap pagi yang kemudian memproduksi algoritma untuk membentuk jadwal kesuburan. Dengan begitu, wanita dapat menghindari kehamilan tak diinginkan sekaligus tak mengalami efek samping tak mengenakkan dari pil KB tradisional.

Menurut NHS Direct, layanan informasi kesehatan dari National Health Service Inggris, oestrogen dalam pil KB dapat lebih mudah menyebabkan bekuan darah. Hal itu dapat menyebabkan deep vein trombosis (bekuan darah di kaki), pulmonary (bekuan darah di paru-paru), stroke atau serangan jantung kendati risiko-risiko penyakit tersebut rendah.

Aplikasi itu dibuat oleh Dr Elina Berglund, mantan dokter yang bersama suaminya, Dr Raoul Scherwitzl ingin mengatasi hal tersebut.

Hasil studi klinis independen terhadap aplikasi tersebut yang diterbitkan di European Journal of Contraception and Reproductive Health Care memberikan hasil baik. Riset oleh ahli-ahli kontrasepsi Karolinka Institute itu melibatkan 4.054 wanita usia 20 sampai 35 yang menggunakan aplikasi untuk mencegah kehamilan.

Ditemukan, dari setiap 1.000 wanita yang menggunakan applikasi dengan sempurna, hanya lima yang mengalami kehamilan tak diinginkan dalam setahun. Mereka yang tidak menggunakan dengan benar, angka kehamilan meningkat menjadi 70 dari 1.000.

Angka ekuivalen untuk pil KB adalah tiga dari 1.000 dan 90 dari 1.000. Dinilai memakai Pearl index, skala keefektifan kontrasepsi, aplikasi ini memiliki tingkat kesuksesan sama. Pil KB mendapatkan skor 0,3 sementara aplikasi Natural Cycles mendapatkan angka 0,5 menurut studi tersebut.

Berglund mengatakan aplikasi tersebut dihargai £6.99 per bulan. Alat itu dinilai merupakan terobosan bagi wanita yang tidak ingin menggunakan obat berbasis hormon.

Ia menambahkan ada sekitar 10.000 orang menggunakan aplikasi tersebut. Pada lebih 300.000 hari aplikasi itu digunakan, belum ada kehamilan tak diinginkan.

"Bagian terbaiknya adalah e-mail yang kita dapat setiap hari dari pemakai betapa mereka merasa lebih baik saat ini," katanya.

"Banyak dari mereka bilang menikmati kontrasepsi tanpa efek samping seperti yang didapat dari pil. Senang mendengar banyak cerita dari perempuan yang merasa lebih baik," imbuhnya.

Berglund dan suaminya pun menggunakan Natural Cycles untuk mendapatkan kehamilan puteri mereka, Alba. "Ketika Anda merancang kehamilan hari-hari merah menjadi skala untuk menunjukkan kapan wanita paling subur," katanya.

"Saya menggunakannya selama satu setengah tahun untuk mencegah kehamilan. Kemudian ketika siap punya anak, saya menggunakannya untuk hamil. Kami sekarang punya anak perempuan dan kembali menggunakannya untuk mencegah kehamilan," katanya.

Natural Cycles juga mengetahui siklus unik penggunanya. "Semakin banyak data dimasukkan, semakin banyak hari-hari hijau yang didapat. Menyenangkan membuat hidup sehari-hari lebih mudah direncanakan," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com