Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adian Napitupulu Sempat Kolaps, Bahayakah Penerbangan bagi Penderita Penyakit Jantung?

Kompas.com - 20/12/2019, 06:56 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Adian Napitulu dikabarkan kolaps karena gangguan jantung.

Hal itu terjadi saat ia melakukan penerbangan dari Jakarta menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (19/12/2019).

Melansir Hello Sehat, naik pesawat memang memiliki risiko bagi kesehatan, salah satunya adalah penggumpalan darah.

Mereka yang memiliki penyakit jantung juga sangat berisiko mengalami pembekuan darah saat melakukan penerbangan.

Namun, bukan berarti penderita penyakit kardiovaskular tidak bisa naik pesawat.

Secara umum, perjalanan udara tidak menimbulkan risiko besar bagi kebanyakan orang dengan penyakit jantung.

Baca juga: Adian Napitupulu Kolaps, Bagaimana Gangguan Jantung Sebabkan Pingsan?

Kondisi darurat hanya sekitar 8 persen

Kondisi darurat medis di udara karena penyakit jantung hanya terjadi sekitar delapan persen saja.

Namun, beberapa orang dengan masalah jantung perlu menghindari naik pesawat terbang, setidaknya untuk sementara.

Lingkungan yang relatif biasanya memiliki tekanan oksigen yang rendah. Inilah yang membuat penderita penyakit jantung sebaiknya menghindari naik pesawat terbang.

Kabin pesawat biasanya memiliki tekanan udara yang setara dengan diberi tekanan yang setara dengan sekitar 8.000 kaki (2438 meter) di atas permukaan laut.

Ketinggian tersebut memang masih menyediakan oksigen yang cukup untuk kebanyakan orang dengan penyakit jantung.

Namun, mereka yang kondisi jantungnya tidak dapat beradaptasi dapat mengalami kesulitan, termasuk dispnea, sakit kepala ringan, atau angina.

Selain itu, penderita gagal jantung lebih rentan mengalami gangguan pernapasan, kecemasan, stres, dekompensasi jantung, dan tromboemboli vena (VTE) selama perjalanan udara.

Penggumpalan darah di kaki (deep vein thrombosis) adalah salah satu risiko naik pesawat yang paling sering dihadapi penumpangnya.

Hal ini terjadi karena kita diharuskan untuk duduk lama di kabin yang sempit sampai tiba di tujuan.

Jika dibiarkan terus, penggumpalan darah ini bisa lepas dan berjalan ke paru hingga menyebabkan emboli paru.

Boleh terbang, asal...

Berbagai faktor dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah saat terbang, termasuk dehidrasi, kadar oksigen kabin yang lebih rendah, dan duduk untuk waktu yang lama.

Risiko tersebut jauh lebih tinggi untuk orang yang memiliki penyakit jantung.

Oleh karena itu, merangkum dari Very Well Health, penderita penyakit jantung seharusnya tidak melakukan perjalanan udara jika mengalami kondisi berikut:

  • Mengalami serangan jantung atau stroke dalam dua minggu terakhir
  • Melakukan pemasangan ring jantung dalam dua minggu terakhir
  • Menjalani operasi bypass arteri koroner dalam tiga minggu terakhir (lebih lama jika mereka memiliki komplikasi paru-paru)
  • Mengalami angina yang tidak stabil, gagal jantung yang tidak terkontrol, atau aritmia yang tidak terkontrol
  • Memiliki hipertensi yang tidak terkontrol

Baca juga: Adian Napitupulu Mulai Stabil Pasca Kolaps akibat Serangan Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau