KOMPAS.com - Popularitas minyak esensial atau essential oil kian melambung beberapa waktu terakhir.
Banyak orang memanfaatkan minyak dari konsentrat tanaman ini untuk beragam kepentingan, seperti kesehatan, kecantikan, hingga kebugaran.
Melansir Women's Health, essential oil dapat digunakan dengan cara dioleskan maupun dihirup.
Essential oil oles ini kini dapat ditemui dengan mudah dalam bentuk minyak oles, minyak pijat, krim, atau salep.
Minyak esensial yang telah menempel di kulit bisa terserap sampai aliran darah.
Sedangkan ketika dihirup, minyak esensial dapat digunakan dengan cara dihirup langsung, dihirup dengan difuser, atau bisa juga dengan disemprotkan.
Saat disemprotkan lewat udara, aroma yang terhirup dari minyak tersebut dapat menstimulasi sistem saraf pusat.
Ada juga orang yang memanfaatkan minyak essensial dengan cara diteteskan ke liontin. Bandul tersebut kemudian digantungkan ke kalung dan aromanya bisa dinikmati secara perlahan.
Baca juga: 7 Khasiat Minyak Esensial untuk Kesehatan
Melansir Web MD, minyak yang sudah digunakan sejak 1000 tahun setelah masehi ini dibuat dari tanaman herbal yang diekstraksi dengan mesin press atau uap.
Riset belum lama ini menunjukkan, 300 responden yang menghirup jahe, spearmint, peppermint, dan kapulaga diketahui tidak terlalu merasakan mual setelah menjalani masa operasi.
Penelitian lain menunjukkan, minyak lavender dapat menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Sementara, menghirup aroma sereh sebelum stres tiba datang terbukti dapat mencegah kecemasan.
Studi juga menunjukkan, tea tree dan minyak oregano dapat melawan mikroba. Maka dari itu, bahan ini disebut ampuh mengatasi masalah ketombe, jamur kaki, serta menjadi obat alternatif antiinflamasi.
Ahli saraf dan pakar aromaterapi, Joie Power, PhD. menyampaikan, minyak esensial aman saat digunakan dengan cara dan takaran yang tepat.
"Tapi, saya juga sering mendengar bahayanya penggunaan essential oil dari orang yang asal memakai," tuturnya.