Banyak orang memanfaatkan minyak dari konsentrat tanaman ini untuk beragam kepentingan, seperti kesehatan, kecantikan, hingga kebugaran.
Melansir Women's Health, essential oil dapat digunakan dengan cara dioleskan maupun dihirup.
Essential oil oles ini kini dapat ditemui dengan mudah dalam bentuk minyak oles, minyak pijat, krim, atau salep.
Minyak esensial yang telah menempel di kulit bisa terserap sampai aliran darah.
Sedangkan ketika dihirup, minyak esensial dapat digunakan dengan cara dihirup langsung, dihirup dengan difuser, atau bisa juga dengan disemprotkan.
Saat disemprotkan lewat udara, aroma yang terhirup dari minyak tersebut dapat menstimulasi sistem saraf pusat.
Ada juga orang yang memanfaatkan minyak essensial dengan cara diteteskan ke liontin. Bandul tersebut kemudian digantungkan ke kalung dan aromanya bisa dinikmati secara perlahan.
Bermanfaat kurangi hormon stres
Melansir Web MD, minyak yang sudah digunakan sejak 1000 tahun setelah masehi ini dibuat dari tanaman herbal yang diekstraksi dengan mesin press atau uap.
Riset belum lama ini menunjukkan, 300 responden yang menghirup jahe, spearmint, peppermint, dan kapulaga diketahui tidak terlalu merasakan mual setelah menjalani masa operasi.
Penelitian lain menunjukkan, minyak lavender dapat menurunkan kadar hormon stres kortisol.
Sementara, menghirup aroma sereh sebelum stres tiba datang terbukti dapat mencegah kecemasan.
Studi juga menunjukkan, tea tree dan minyak oregano dapat melawan mikroba. Maka dari itu, bahan ini disebut ampuh mengatasi masalah ketombe, jamur kaki, serta menjadi obat alternatif antiinflamasi.
Bahaya jika asal pakai
Ahli saraf dan pakar aromaterapi, Joie Power, PhD. menyampaikan, minyak esensial aman saat digunakan dengan cara dan takaran yang tepat.
"Tapi, saya juga sering mendengar bahayanya penggunaan essential oil dari orang yang asal memakai," tuturnya.
Menurut Power, kadang saran penggunaan dari produsen juga tidak sepenuhnya tepat sehingga dapat membahayakan konsumen.
Dia mewanti-wanti agar minyak esensial jangan diminum dan dimasukkan ke mulut, vagina, atau lubang lendir lain.
Cara penggunaan yang aman
Melansir Health Line, agar penggunaan minyak esensial tidak membahayakan kesehatan, Anda perlu cermat. Beberapa hal ini perlu Anda simak:
1. Pertimbangkan faktor usia hingga dosis
Perhatikan faktor usia, kondisi kesehatan, penggunaan obat dan suplemen sebelum menggunakan essential oil.
Pertimbangkan juga komposisi kimia, kadar kemurnian, durasi penggunaan, dan dosisnya.
Jika abai, beberapa jenis minyak esensial saat dipakai dalam dosis tidak tepat bisa membuat Anda ruam.
Beberapa bahan seperti jeruk, jeruk nipis, dan lemon dapat memicu alergi jika diaplikasikan sebelum terpapar sinar matahari.
2. Butuh diencerkan
Minyak esensial butuh diencerkan untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan.
Pengenceran mempertimbangkan usia pengguna, kondisi kesehatan, dan jenis bahan.
Secara umum, pengenceran konsentrasi minyak disarankan dilakukan di bawah 5 persen.
Sebagai ilustrasi, untuk konsentrasi 1 persen, teteskan 6 tetes minyak esensial ditambah 1 ons minyak pengencer.
Beberapa bahan minyak wajib diencerkan, antara lain kayu manis, cengkeh, serai, jinten, lemon verbena, oregano, dan thyme.
3. Uji di kasa
Sebelum mengaplikasikan minyak esensial jenis oles, Anda disarankan melihat terlebih dulu reaksinya dengan uji coba. Caranya:
Lanjutkan penggunaan jika sehari semalam tidak muncul reaksi seperlu kulit memerah, gatal, melepuh atau bengkak.
4. Aromaterapi
Minyak esensial efektif digunakan dengan cara dihirup jika Anda punya masalah dengan saluran pernapasan dan gangguan suasana hati.
Sebelum menggunakan essential oil dengan dihirup, Anda perlu lebih dulu menyimak ketentuan berikut:
Penggunaan minyak esensial untuk anak-anak dan ibu hamil sampai saat ini bergulir pro dan kontra.
Beberapa menganggap aman. Namun ada juga yang tegas tidak merekomendasikan penggunaan essential oil.
https://health.kompas.com/read/2019/12/29/093000168/essential-oil-kaya-manfaat-namun-bisa-berbahaya-jika-digunakan-asal