Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Kusta Sedunia, Penanganannya Terkendala Stigma Masyarakat

Kompas.com - 26/01/2020, 13:31 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Peringatan Hari Kusta Sedunia pada tahun ini jatuh pada Minggu (26/1/2020).

Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day selalu diperingati setiap hari Minggu terakhir di bulan Januari.

Peringatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta yang kerap terabaikan.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, Sp.KK (K), berpendapat kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mudah Mengatasi Gatal pada Penis

Menurut data yang dia peroleh, Indonesia masih menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil hingga memasuki abad 21 ini.

Namun, Pras mengungkapkan, prevalensi penyakit kusta sebenarnya telah menurun hingga 86 persen dalam periode 15 tahun terakhir.

Peningkatan angka yang signifikan dalam pengendalian kusta tersebut dipengaruhi oleh faktor promosi besar-besaran pencegahan kusta danmultidrug therapy (MDT) di lebih dari 5.600 pusat kesehatan primer (Puskesmas) di Tanah Air.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di RSUD Dr. Moewardi Surakarta itu menyatakan, pada tahun 2020 ini, ada sejumlah sasaran strategi global baru yang harus dipenuhi terkait penanganan kasus penyakit kusta, di antaranya:

  1. Tanpa cacat di antara pasien anak baru
  2. Tingkat kecacatan derajat 2 kurang dari 1 kasus per 1 juta orang
  3. Tidak ada satupun negara melakukan diskriminasi terhadap penyakitn kusta

Dia menjelaskan pengucilan dan sikap leprofobia (rasa takut pada lepra atau kusta) telah dilarang keras oleh WHO.

Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (1): Gejalanya Kerap Tak Disadari

Hal itu salah satunya merujuk pada pertimbangan keberhasilan terapi MDT yang signifikan. Oleh sebab itu, tidak ada alasan lagi bagi siapa saja untuk mendiskriminasi para penderita kusta.

Kusta bukan penyakit kutukan

Pras menegaskan kusta bukanlah penyakit akibat kutukan. Menurut dia, anggapan itu hanya mitos belaka.

Kusta tidak lain adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. 

Ketua Kelompok Studi Herpes Indonesia itu berharap stigma negatif terhadap penderita kusta dan leprofobia pada masyarakat mulai dihilangkan. Pasalnya, hal tersebut dapat menyebabkan sejumlah kerugian, di antaranya:

  1. Perasaan negatif masyarakat mengenai kusta memengaruhi fisik, psikologis, sosial, hingga kesejahteraan ekonomi penderita
  2. Menimbulkan hambatan besar untuk perawatan awal penyakit
  3. Mengintensifkan isolasi sosial
  4. Menyebabkan munculnya gangguan kejiwaan yang terus menjadi lazim pada pasien kusta

Baca juga: Waspada Kutil Kelamin (2): Bisa Sebesar Melon dan Jadi Kanker

"Penelitian oleh Bakker et al. menemukan bahwa faktor risiko kusta di Indonesia adalah genetik, ukuran rumah tangga, dan jenis kelamin," jelas Pras ketika diwawancara Kompas.com, Sabtu (25/1/2020).

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau