KOMPAS.com - Memasak atau membuat kue bisa menjadi salah satu kegiatan untuk mengisi waktu di tengah pandemi.
Bukan sekedar kegiatan pengisi waktu, memasak ternyata memiliki manfaat psikologis.
Melansir Huffington Post, profesor ilmu psikologi dan otak dari Boston University Donna Pincus mengatakan memasak bisa menjadi penghilang stres dan sarana untuk mengekspresikan diri.
Tentunya, hal ini baik untuk kesehatan mental kita. Stres bisa berakibat fatal bagi fisik dan mental kita. Itu sebabnya, kita harus menemukan cara untuk mengatasi stres.
Selain itu, memasak juga bisa menjadi cara untuk mengomunikasikan perasaan kita ke orang lain.
Baca juga: Sering Dianggap Tak Sehat, Nasi Putih Juga Punya Manfaat Kesehatan
"Memasak bisa menjadi cara untuk mengungkapkan rasa terimakasih, penghargaan, atau simpati ke orang lain," ucapnya.
Psikolog klinis Julie Ohana juga mengatakan, memasak bisa menjadi cara untuk meredakan gejala depresi.
Hal ini telah dibuktikan lewat riset yang meneliti sekelompok pasien yang mengalami depresi karena kehilangan orang yang dicintai.
Seperti yang kita tahu, kehilangan orang tersayang tentu akan menimbulkan kesedihan mendalam. Bahkan, banyak orang yang mengalami depresi karena peristiwa tersebut.
Dalam riset tersebut, peneliti menerapkan kombinasi terapi CBT dan memasak untuk para peserta.
Peneliti pun menemukan bahwa peserta yang memiliki keterampilan memasak paling banyak mengalami perkembangan kesehatan mental yang lebih baik. Gejala depresi yang mereka alami juga turut berkurang.
Banyak riset membuktikan manfaat meditasi dan mindfulness dalam meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres.
Nah, memasak atau membuat kue merupakan bagian dari mindfulness yang bisa mendatangkan manfaat tersebut.
"Mindfulness membutuhkan perhatian penuh. Ketika menentukan takaran komposisi dalam masakan, kita memerlukan fokus pikiran. Tindakan inilah yang berdampak baik pada stres," ucap Pincus.
Hal inilah yang membuat memasak juga dipercaya memiliki manfaat yang sama dengan trapi seni.