KOMPAS.com – Buang air kecil (BAK) atau kencing yang menyakitkan (dysuria) bisa berasal dari nyeri di kandung kemih, uretra, atau perineum.
Sebenarnya, rasa nyeri yang muncul ketika buang air kecil merupakan kondisi yang umum terjadi. Namun, jika diikuti oleh rasa sakit, terbakar, dan menyengat, gejala tersebut bisa menandakan gangguan kesehatan tertentu.
Dilansir dari Medical News Today, Jumat (31/1/2020), salah satu penyebab nyeri saat kencing adalah infeksi saluran kemih (ISK). Kondisi ini terjadi akibat terlalu banyak bakteri bersarang di saluran kemih.
Selain nyeri saat kencing, ISK juga diikuti oleh beberapa gejala lain, seperti sering buang air kecil, urine berwarna keruh atau bercampur darah, demam, serta urine berbau busuk.
Kondisi lain yang menyebabkan nyeri saat kencing adalah infeksi menular seksual (IMS), seperti penyakit klamidia, gonore, dan herpes.
Kemudian, nyeri saat kencing juga bisa terjadi akibat infeksi prostat. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri jangka pendek atau IMS.
Adapun infeksi prostat juga menimbulkan gejala lain, seperti sulit atau sering buang air kecil, sulit ejakulasi, serta nyeri di kandung kemih, testis, dan penis.
Selain itu, kista ovarium pun bisa menyebabkan nyeri saat kencing. Kista ovarium merupakan masalah kesehatan yang dapat menekan kandung kemih sehingga menyebabkan kencing terasa nyeri.
Gejala tambahan kista ovarium adalah pendarahan yang tidak biasa di vagina, nyeri panggul, payudara terasa lembut, dan sakit tumpul di punggung bawah.
Di samping empat gangguan kesehatan tersebut, nyeri saat kencing juga bisa terjadi akibat penyakit batu ginjal (nefrolitiasis atau urolitiasis).
Batu ginjal sendiri terbentuk akibat kadar zat kimia, seperti kalsium, asam oksalat, dan fosfor, yang tinggi dalam urine. Zat-zat ini dapat membentuk kristal dan menumpuk di ginjal. Seiring waktu berjalan, kristal tersebut akan semakin keras seperti batu.
Terkadang, batu ginjal bersarang di dekat area yang dimasuki urine di kandung kemih sehingga mengakibatkan kencing terasa nyeri.
Dikutip dari mayoclinic.org, Jumat (3/6/2022), selain rasa nyeri serta terbakar saat BAK, seseorang yang menderita batu ginjal juga kerap merasa sakit yang menusuk di pinggang, punggung, dan bawah tulang rusuk. Penderita batu ginjal umumnya juga merasakan nyeri yang menjalar ke perut bagian bawah atau selangkangan.
Baca juga: 8 Tanda Batu Ginjal, Nyeri Selangkangan hingga Urine Berdarah
Kemudian, penyakit batu ginjal juga bisa menyebabkan kelainan pada urine. Kondisi ini mengakibatkan urine berwarna merah muda, merah, atau cokelat. Terkadang, urine berwarna keruh dan berbau busuk.
Untuk diketahui, penyakit batu ginjal juga bisa memengaruhi kebiasaan buang air kecil. Penderita batu ginjal kerap BAK lebih sering dari biasanya. Urine yang diproduksi pun cenderung lebih sedikit.
Pada kondisi tertentu, batu ginjal bisa menyebabkan mual dan muntah. Bahkan, jika terjadi infeksi, batu ginjal dapat memicu demam dan kedinginan.
Penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada usia 20-50 tahun. Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal Amerika Serikat (AS) menyebutkan bahwa batu ginjal lebih sering dialami pria.
Genetik menjadi salah satu faktor penyebab penyakit batu ginjal. Orang yang memiliki riwayat keturunan batu ginjal pada keluarga memiliki risiko lebih besar terkena penyakit tersebut.
Faktor-faktor lain yang juga memicu penyakit batu ginjal adalah kekurangan asupan cairan (dehidrasi), obesitas, hiperparatiroid, operasi lambung, penyakit radang usus yang meningkatkan penyerapan kalsium, serta diet dengan kadar protein, garam, dan glukosa tinggi.
Konsumsi obat-obatan, seperti diuretic triamterene, obat antikejang, dan antasid berbasis kalsium, juga dapat memancing pertumbuhan batu ginjal.
Untuk diketahui, salah satu cara untuk mencegah batu ginjal adalah menjaga asupan cairan. Adapun kebutuhan cairan tiap orang berbeda-beda.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan orang dewasa agar mengonsumsi air putih dua liter atau sekitar 8 gelas berukuran 230 mililiter (ml) per hari. Takaran ini dapat disesuaikan dengan aktivitas yang dijalani.
Selain menjaga asupan cairan, batu ginjal juga bisa dicegah dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung garam dan asam oksalat.
Kemudian, terapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, menghindari stres, rokok, dan minuman beralkohol secara berlebihan, menjaga pola tidur, serta berolahraga secara teratur.
Baca juga: 7 Rekomendasi Diet untuk Cegah Pembentukan Batu Ginjal
Lengkapi pula pencegahan batu ginjal dengan mengonsumsi suplemen kesehatan ginjal yang terbuat dari bahan alami (natural ingredients) berkualitas, misalnya Konilife KidneCare.
Untuk diketahui, Konilife KidneCare mengandung Curcuma xanthorrhiza rhizoma (temulawak), Sericocalyx crispus (keji beling), Orthosiphon aristatus (kumis kucing), Phyllantus niruri (meniran), dan Sonchus arvensis (tempuyung).
Diracik dengan teknologi dan quality control (QC) tinggi, kandungan-kandungan tersebut dapat membantu mengatasi radang atau nyeri akibat batu ginjal.
Selain itu, Konilife KidneCare juga dapat membantu meluruhkan batu ginjal dengan memecah kalsium dan oksalat. Bahkan, suplemen kesehatan premium ini memiliki efek diuretik sehingga mampu mencegah pembentukan kembali batu ginjal.
Adapun Konilife KidneCare bisa didapatkan di official store Konilife di Shopee dan Tokopedia.
Di samping upaya pencegahan dengan pola hidup sehat dan suplemen kesehatan, penderita batu ginjal sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.