KOMPAS.com - Layanan pengantaran obat ARV untuk orang dengan HIV yaitu Jak-Anter, kini semakin luas dengan 40 Puskesmas di DKI Jakarta yang terdaftar. Layanan ini juga sedang dalam proses perluasan ke berbagai rumah sakit.
Diluncurkan pada April 2023, layanan Jak-Anter pada awalnya hanya diikuti oleh 11 puskesmas dan 1 klinik swasta. Layanan ini merupakan bagian dari kemitraan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, EpiC Indonesia dengan dukungan dari USAID, dan aplikasi Good Doctor.
“Perluasan layanan Jak-Anter ke sebagian besar puskesmas di DKI Jakarta memberikan kemudahan bagi klien orang dengan HIV untuk mengakses layanan kesehatan yang cepat dan efisien tanpa harus keluar rumah,” ujar Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia dalam siaran pers.
Jak-Anter juga telah terintegrasi dengan aplikasi Good Doctor-Grab Health yang menyediakan telekonsultasi dengan dokter puskesmas, yang berlanjut ke pengantaran obat ARV.
Baca juga: Pengiriman Obat ARV untuk Orang dengan HIV di Jakarta Diperluas
Program ini mendapat sambutan positif dari negara lain lain dalam konferensi dunia Fast Track Cities 2023 di Amsterdam, Belanda.
"Layanan Jak-Anter memperoleh apresiasi dari berbagai negara peserta konferensi. Dalam forum ini kami membagikan praktik baik kerja sama pemerintah dan sektor swasta sebagai salah satu upaya untuk memastikan bahwa inovasi yang kami gagas berjalan dengan lancar,” kata Kepala Pusat Data dan Teknologi Infomrasi Kesehatan Daeran, Dinas Kesehatan DKI, dr.Verry Adrian.
Di Indonesia, setidaknya terdapat 427.201 kasus HIV yang berhasil ditemukan hingga Maret 2021. Jumlah tersebut baru 78,7 persen dari 543.100 kasus Orang Dengan HIV/AIDS yang diperkirakan ada di Indonesia hingga 2020.
Terapi obat ARV berfungsi untuk menekan jumlah virus HIV yang ada di dalam tubuh dan menjaga kekebalan tubuh. Selain itu, pengobatan ini mengurangi risiko penularan virus ke orang lain dan mencegah munculnya gejala AIDS.
Pengobatan tersebut tidak menghilangkan penyakit. Namun, upaya ini dapat memperpanjang harapan hidup orang dengan HIV (ODHIV).
Baca juga: Ahli Jelaskan Akibat Putus Obat bagi Pengidap HIV/AIDS
ODHIV yang rutin mengonsumsi obat-obatan ini dapat beraktivitas seperti biasa dan tetap sehat. Syaratnya ODHIV tersebut harus menjalani pengobatan seumur hidupnya.
Upaya ini harus rutin, tepat waktu dan tidak pernah putus. Jika terputus, jumlah virus HIV dalam tubuh dapat meningkat dan menyebabkan sistem imun tubuh terganggu.
VP Medical Operations PT.Good Doctor Technology, dr.Ega Bonar Bastari mengatakan, pencapaian Jak-Anter semakin memperkuat keyakinan pentingnya layanan telemedicine dalam pengendalian HIV-AIDS>
"Pencapaian ini memperkuat keyakinan kami bahwa telemedisin dapat mengatasi hambatan dalam pengelolaan HIV-AIDS yang membutuhkan terapi ARV seumur hidup. Dengan teknologi kesehatan yang kami miliki, semua klien HIV-AIDS di DKI Jakarta dapat terlayani dengan cepat, aman, dan nyaman," katanya.
Baca juga: Kemenkes: Transmisi HIV dari Ibu ke Anak Ada Setiap Tahun di Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.