Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proses Menyusui Tidak Lancar karena Ibu Kurang Persiapan dan Tak Percaya Diri

Kompas.com - 04/08/2024, 06:00 WIB
Khairina

Editor

Sumber Antara,IDAI

KOMPAS.com-Proses menyusui yang tidak lancar sering kali karena ibu tidak mempersiapkan dirinya dari awal dan tidak percaya diri.

"Banyak yang mikir menyusui proses natural jadi enggak tahu bagaimana ASI itu cukup untuk bayi, karena kuncinya supply demand, makin banyak disusui makin banyak ASI-nya dan kalau ibunya relaks dan tenang semakin mudah ASI-nya keluar," kata Bidan dan pendiri bumilpamil Jamilatus Sadiyah, Sabtu (3/8/2024) seperti ditulis Antara.

Baca juga: 5 Anjuran WHO di Pekan Menyusui Sedunia 2024

Jamilatus mengatakan, banyaknya ibu yang tidak percaya diri dan berpikir ASI-nya tidak cukup untuk bayi juga disebabkan proses perlekatan yang kurang tepat.

Perlekatan yang salah bisa menyebabkan puting ibu lecet sehingga bayi tidak bisa menyusui secara optimal dan akhirnya berat badan bayi juga sulit naik.

Konselor laktasi ini mengatakan, ASI yang tidak lancar juga bisa disebabkan karena ibu stres sehingga hormon prolaktin yang memproduksi ASI ikut turun.

Jamila mengatakan ASI yang keluar dari ibu juga akan menyesuaikan keadaan bayi. Jamilah juga mengingatkan bahwa semua ASI sama berkualitasnya, tidak bergantung pada makanan yang dimakan ibu.

"Jadi kalau bayi menyusu melalui payudara ada satu metode namanya baby spit backwash, itu membuat air liur bayi bercampur dengan ASI masuk lagi ke dalam puting ibu, di mana nanti di tubuh ibu itu akan mengeluarkan ASI sesuai tanda air liur ini untuk mengeluarkan apa sih yang dibutuhin bayinya," jelas Jamila.

Baca juga: Apakah Ibu Baby Blues Boleh Menyusui Bayinya? Ini Kata Ahli...

ASI, kata Jamila, juga merupakan zat yang akan berubah setiap detiknya menyesuaikan keadaan bayi.

Saat sedang sakit, ASI akan penuh antibodi, atau saat bertambah usia bayi ASI juga akan menyesuaikan dengan bertambah kandungan protein dan lemaknya.

Ibu yang baru melahirkan juga harus mengetahui ASI yang keluar pertama atau kolostrum mengandung antibodi dan protein yang tinggi untuk daya tahan tubuh serta perkembangan otak si kecil.

Agar ibu lancar menyusui, Jamila menyarankan untuk ibu dan bayi berada dalam satu kamar dan belajar memposisikan perlekatan yang tepat dengan konsultasi dengan konselor laktasi.

Selain itu ibu juga perlu latihan relaksasi agar tidak ada pikiran kekhawatiran dan stres yang bisa memperlambat keluarnya ASI.

Ia juga menyarankan agar keluarga maupun pasangan juga belajar mengenai anatomi dan fisiologi menyusui agar bisa membantu ibu jika nanti kesulitan saat menyusui.

Seperti dilansir Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keberhasilan menyusui selama 6 bulan secara eksklusif memerlukan minimal 7 kontak dengan tenaga kesehatan atau konselor laktasi. Sebelum proses kelahiran, sebaikanya dilakukan paling sedikit 2 kali bimbingan pengetahuan mengenai ASI.

Kunjungan pertama membahas dan mediskusikan keuntungan dan manajemen menyusui, sedangkan kunjungan kedua membahas lebih rinci mengenai proses menyusui dan apa yang dirasakan akan menjadi masalah nanti oleh ibu. 

Setelah proses kelahiran, masih diperlukan sekitar 5 kali kontak dengan tenaga kesehatan. Kontak pertama dilakukan saat kelahiran terjadi yaitu dengan melakukan kontak kulit dini antara ibu dan bayi. Kontak kedua setelah kelahiran dilakukan dalam 24 jam berupa bimbingan posisi menyusui baik dalam keadaan tidur/duduk (disesuaikan dengan kondisi ibu) dan membantu ibu melekatan mulut bayi pada payudara dengan baik.

Kontak berikutnya dilakukan dalam 1 minggu kelahiran untuk menemukan berbagai kesulitan dan memberi dukungan pada ibu untuk tetap menyusui.

Pertemuan ke 6 dan 7 biasanya dilakukan 1 dan 2 bulan setelah kelahiran.

Jamilah juga mengatakan WHO telah menyarankan untuk ibu melakukan tujuh kontak agar menyusui lebih lancar, yaitu mulai dari kehamilan 28 minggu sampai 36 minggu ASI sudah siap keluar, melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), hari pertama sampai ketiga pasca persalinan, satu minggu sampai empat minggu pasca persalinan diharapkan ibu bisa menyusui bayinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau