Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Parasit Perut Buncit

Kompas.com - 19/02/2011, 09:45 WIB

Kompas.com - Ukurannya renik, namun di balik itu mereka suka mencuri makanan di usus manusia. Akibat ulahnya itu banyak anak menjadi kurang gizi, anemia dan murid- murid SD yang harusnya pandai menjadi bodoh.

Begitulah cacing yang hidup di perut kita. Lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal di dalam tubuh. Yang menyeramkan, gejala awal cacingan bisa jadi tidak terlihat, karena itu bisa saja anak yang terlihat sehat belum tentu bebas dari infeksi kecacingan.

Gejala kecacingan yang mudah terlihat sebenarnya adalah kondisi perut yang buncit. Namun kondisi itu biasanya terjadi jika infeksi cacingan sudah kronis. Orangtua boleh curiga jika anak terlihat lesu, suka mengantuk, tak mudah gemuk meski porsi makan berlimpah, dan mudah sakit.

Tampilan fisik tersebut antara lain akibat sari-sari makanan anak dirampok oleh cacing-cacing. Namun yang lebih parah adalah cacing yang suka mengisap darah dan menyebabkan anemia kronis.

"Meski kita sudah terinfeksi oleh cacing, seringkali cacing mengisap darah perlahan-lahan, misalnya cacing tambang. Hal ini tidak langsung dirasakan tubuh karena tubuh sudah beradaptasi. Tahu-tahu Hb darah rendah dan orangnya pingsan," jelas Prof.dr.Saleha Sungkar.

Tentu yang lebih gawat dengan menumpang arus darah, cacing yang tadinya di perut bisa mencapai jantung dan paru-paru. Akibatnya bisa fatal.

Kecacingan banyak terdapat di daerah miskin dengan kondisi sanitasi lingkungan dan kebersihan pribadi yang buruk, terutama pada kelompok anak. "Prevalensi terbanyak yang cacingan adalah anak berusia di atas 2 tahun karena mereka sangat suka bereksplorasi, termasuk bermain dengan tanah," papar prof.Saleha.

Untuk bisa masuk ke dalam tubuh manusia, telur cacing memang hanya bisa ditularkan lewat tanah. Siklus hidup cacing secara sederhana bisa digambarkan sebagai berikut. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama tinja. Jika limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan terkontaminasi telur cacing.

"Jika buang hajat di WC lalu masuk ke septic tank tentu telurnya tidak bisa menginfeksi. Tapi di Jakarta biasanya orang BAB ke WC yang lalu dialirkan ke selokan.Jika air yang tercemar itu dipakai untuk menyiram tanaman atau aspal jalan, telur-telur itu naik ke darat. Setelah kering, telur-telur itu akan terbawa angin, lalu hinggap di mana-mana, termasuk di jajanan pinggir jalan," katanya.

Hal yang sama juga akan terjadi jika orang terbiasa buang hajat di kali atau di kebun. Jika feses orang tersebut mengandung telur cacing maka kali dan kebun akan tercemar. Selanjutnya jika air sungai itu digunakan untuk menyiram kebun, maka sayuran akan tercemar telur cacing dan jika kita alpa mencuci sayuran, telur yang menempel akan ikut tertelan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com