JENEPONTE, KOMPAS.com - Perang terhadap stop buang air besar sembarangan (BABS) terus diupayakan oleh warga desa Jombe. Desa Jombe memiliki luas 3,76 km persegi dan berada sekitar sembilan kilometer dari Bontosunggu, ibukota Kebupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Ada hal menarik yang bisa Anda temui jika berkesempatan mengunjungi daerah yang memiliki jumlah penduduk 2.312 jiwa dan sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Ketika memasuki desa ini, Anda akan menemui spanduk bertuliskan "Anda Memasuki Lokasi Persiapan Bebas T**". Sedangkan untuk pamflet yang ditempel di tiang-tiang listrik, Anda akan menemukan tulisan "Saya Malu dan Jijik A**** di Sembarang Tempat".
Intinya, baik spanduk atau pamflet tersebut dimaksudkan untuk mendorong masyarakat desa Jombe supaya mau mengubah perilaku buang air besar sembarangan. Sampai saat ini, masih ada 30 persen warga di Desa Jombe yang BAB di sembarang tempat, seperti kebun atau tepi sungai yang letaknya tidak jauh dari rumah.
"Spanduk atau pamflet ini bukanlah suatu kebanggaan tetapi merupakan motivasi kepada masyarakat dan pemerintah desa agar secepatnya masyarakat bebas tai. Jadi bukan merupakan kebanggan tetapi lebih untuk memotivasi," ujar Kepala Desa Jombe, Baso Padewakkang, saat menerima rombongan wartawan di Kantor Kepala Desa, Kamis, (31/5/2012).
Padewakkang mengatakan, sampai saat ini sudah ada 356 kepala keluarga (KK) yang sudah mempunyai jamban. Sementara itu, masih ada 179 kepala keluarga (KK) yang belum punya jamban.
"Mudah-mudahan akhir bulan Juli Jombe sudah benar-benar bebas dari praktik buang air besar sembarangan," ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, pendekatan ke masyarakat dengan jalur musyawarah masih dan akan terus dilakukan. Caranya dengan memanggil setiap masyarakat yang belum memiliki jamban supaya mau membuat jamban dirumah mereka.
Padewakkang mengungkapkan, bagi warga yang tidak memiliki jamban, mereka tidak akan mendapat ijin untuk membuat pesta dan tidak mendapat rujukan untuk berobat ke rumah sakit. Dengan cara ini diharapkan masyarakat mau serius untuk membuat jamban dirumah mereka.
Menurut Padewakkang, pendekatan dengan musyawarah dan sosialisasi melalui kader sanitarian tampaknya memiliki andil besar dalam mengubah perilaku BAB warga Desa Jombe. Dari 5 dusun yang ada di Desa Jombe (Jombe Utara, Jombe Tengah, Jombe Selatan, Tompo Balang, dan Muncu-Muncu), sudah ada satu dusun di mana semua warganya sudah memiliki jamban, yakni Jombe Tengah.
Faktor ekonomi dan masih kuatnya budaya buang air besar sembarangan (BABS), khususnya utnuk masyarakat Desa Jombe menjadi salah satu alasan mengapa masih banyak warga yang BABS. Hal ini pula yang dialami oleh Making (45).