Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes: HMPV di Indonesia Sudah Lama Ada, tapi Masyarakat Jangan Panik

Kompas.com - 07/01/2025, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin buka suara mengenai human metapneumovirus (HMPV) yang mewabah di China dan menjadi kekhawatiran baru setelah pandemi Covid-19 lima tahun lalu.

Budi mengungkapkan bahwa keberadaan HMPV di Indonesia bukanlah hal baru dan dalam dunia medis virus ini sudah dikenal lama.

"HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada. Saya sendiri kemarin melihat data di beberapa lab, ternyata beberapa anak ada yang terkena HMPV," kata Budi dalam siaran persnya pada Senin (6/1/2025).

Baca juga: Menkes: HMPV Sudah Ada di Indonesia Sejak Lama

Namun, Budi menghimbau agar masyarakat tidak panik karena HMPV bukan virus baru seperti Covid-19.

Ia mengatakan bahwa HMPV adalah virus lama yang sifatnya mirip dengan flu. Sehingga, sistem imunitas manusia sudah mengenal virus ini sejak lama dan mampu meresponsnya dengan baik.

"Berbeda dengan Covid-19 yang baru muncul beberapa tahun lalu, HMPV adalah virus lama yang sudah ada sejak 2001 dan telah beredar ke seluruh dunia sejak 2001. Selama ini juga tidak terjadi apa-apa juga," ungkapnya.

Baca juga: Kuliah Gratis Lulus Jadi CPNS, Cek 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat

Kabar mengenai peningkatan kasus HMPV di China, Budi menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar.

Pemerintah China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengkonfirmasi kekeliruan informasi yang beredar.

Menurutnya, peningkatan kasus flu saat musim dingin biasa terjadi di negara empat musim seperti China.

“Saya sudah lihat datanya, yang naik di China itu virusnya bukan HMPV, melainkan tipe H1N1 atau virus flu biasa. HMPV itu ranking tiga di China dari sisi prevalensi, jadi itu tidak benar,” ujarnya.

Baca juga: Seberapa Berbahaya Virus HMPV? Ini Kata CDC China...

Apakah HMPV mematikan?

Dalam kesempatan yang sama, Budi menegaskan bahwa HMPV bukanlah virus yang mematikan.

Virus ini memiliki karakteristik mirip dengan flu biasa. Gejala HMPV meliputi batuk, demam, pilek, dan sesak napas.

Sebagian besar orang yang terinfeksi akan pulih dengan sendirinya tanpa memerlukan perawatan khusus.

Baca juga: Shalat Ied Bareng Ivan Gunawan, Ruben Onsu: Semoga Saya Istiqomah

Penularan HMPV serupa dengan virus flu lainnya, yaitu melalui percikan air liur atau droplet dari individu yang terinfeksi.

Meskipun umumnya tidak berbahaya, Budi mengatakan bahwa kelompok rentan seperti anak-anak, orang lanjut usia, dan individu dengan kondisi kesehatan tertentu tetap perlu waspada.

Oleh karena itu, Budi menghimbau masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat, seperti cukup istirahat, mencuci tangan secara rutin, memakain masker saat merasa tidak enak badan, dan segera berkonsultasi dengan tenaga medis, jika muncul gejala yang mencurigakan.

“Yang terpenting adalah tetap tenang dan waspada. Dengan mengikuti protokol kesehatan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan dan memakai masker, sama seperti Covid-19, kita dapat mengatasi virus ini dengan baik,” pungkasnya.

Baca juga: Malaysia Temukan 327 Sampel Positif HMPV di 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Netanyahu Bikin Penawaran, Akan Bebaskan Pemimpin Hamas dari Gaza asal Mau Lucuti Senjata
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau