Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/06/2013, 10:06 WIB

KOMPAS.com - Mengatasi sleep apnea atau gangguan henti napas sementara saat tidur dapat dilakukan dengan menggunakan terapi alat continuous positive airway pressure (CPAP) selama tidur. Seringkali menurunnya kesadaran  saat tidur meningkatkan kemungkinan alat ini tidak terpasang dengan baik seperti saat akan tidur. Hal ini akan mengakibatkan terapi CPAP tidak efektif.

Namun ternyata hal tersebut dapat diatasi dengan konsistensi jam tidur. Sebuah studi baru mengungkap tidur di jam yang konsisten setiap harinya bisa membuat CPAP terpasang cenderung lebih lama dibandingkan dengan tidur di jam yang tidak konsisten.

Para peneliti membandingkan dua kelompok peserta dengan total 97 orang. Mereka menjalani terapi CPAP untuk mengatasi problem sleep apnea mereka. Kelompok peserta pertama memulai tidur di jam konsisten dengan rentang waktu 45 menit atau kurang. Sementara kelompok lainnya memulai tidur di rentang waktu 65 menit atau lebih.

Studi ini mengungkap setiap penambahan 30 menit waktu memulai tidur terjadi peningkatan kemungkinan CPAP lepas sebanyak 1,8 kali. Studi ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Associated Professional Sleep Societies di Baltimore, Amerika Serikat.

Setelah satu bulan menjalani terapi, pasien dengan waktu mulai tidur yang bervariasi 75 menit atau lebih setiap malamnya ditemukan lebih sebentar memakai CPAP. Mereka memiliki kemungkinan 3,2 kali lebih besar untuk hanya menggunakan CPAP kurang dari dari 4 jam.

Penulis studi Amy Sawyer, profesor keperawatan mengatakan, tidak seperti terapi lainnya, terapi CPAP menambah kompleks rutinitas sehari-sehari pasien. Maka menggunakan CPAP merupakan kebiasaan yang harus dipelajari agar dapat dijalani secara rutin.

"Langkah selanjutnya yaitu dengan menentukan cara untuk membantu pasien sleep apnea untuk memasukan kebiasaan memakai CPAP ke dalam rutinitas mereka. Kemudian mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi kepatuhan pasien menjalani terapi CPAP," tutur Sawyer.

Lantaran studi ini baru dipresentasikan di pertemuan tahunan, maka data yang tertera merupakan data sementara. Selanjutnya, data yang akurat akan dimuat dalam jurnal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau