Pink eye akibat virus atau bakteri sering terjadi pada anak-anak dan biasanya sangat menular. "Penyakit ini karena lingkungan yang kotor, yang kumannya kemudian menempel pada orang dewasa atau anak,” kata Ni Retno Setyoningrum, MD, dokter mata dari Jakarta Eye Center Kedoya, Jakarta Barat, Sabtu (15/6).
Semua bentuk konjungtivitis memiliki persamaan tanda dan gejala tertentu. Bagian mata yang berwarna putih berubah merah atau merah muda, dan terasa seperti berpasir ketika dikedipkan. Mata tersebut juga mengeluarkan sekret kekuningan yang mengental pada malam hari menjadi kerak.
Kerak tersebut mengakibatkan kelopak mata jadi melekat sehingga pada pagi hari sukar dibuka dan harus dibasahi dulu dengan air.
Beberapa bakteri yang sering menyebabkan pink eye adalah Staphylococcus atau Pneumococcus. Lamanya infeksi bakteri adalah 24-72 jam. Pada beberapa anak, konjungtivitis juga disebabkan reaksi alergi.
Bayi baru lahir juga rentan terhadap bakteri tertentu yang terdapat pada jalan lahir, dimana konjungtivitis jenis ini harus segera diobati guna mencegah hilangnya penglihatan. Pada beberapa kasus pink eye terjadi pada bayi yang matanya belum terbuka sempurna. Hal ini diakrenakan saluran air mata yang belum sempurna. Akibatnya, bayi terus menerus mengeluarkan air mata walau tidak menangis.
“Pada bayi baru lahir sebaiknya segera dilakukan skrining untuk mencegah pink eye,” kata Retno.
Bayi dengan pink eye sebaiknya segera kembali dua minggu setelah terdeteksi. Hal ini untuk melihat proses penyembuhan dan pengobatan bayi.
Pengobatan penyakit mata ini dibedakan berdasarkan penyebabnya. Pada infeksi karena virus bisa diberikan tetes mata antiinflamasi atau air mata buatan. Sedangkan infeksi karena bakteri bisa diberikan pengobatan tetes mata atau salep mata, sesuai derajat keparahan.
“Yang penting jangan digosok karena menambah reaksi infeksi,” kara Retno.
Menjaga kebersihan menjadi kunci utama mencegah pink eye. Retno menyarankan untuk cuci tangan sebelum dan setelah berkegiatan. Penderita tidak boleh saling meminjam handuk, saputangan, sarung bantal, dan obat tetes mata.
Penggunaan tisu sekali pakai lebih disarankan daripada saputangan untuk mencegah penularan bakteri dan virus. Retno juga menyarankan anak yang terkena pink eye tidak masuk sekolah kurang lebih seminggu, untuk proses pengobatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.