Kendati demikian, menurut sebuah penelitian baru asal Denmark, laju detak jantung istirahat yang lebih tinggi tidak selalu menandakan kesehatan yang terganggu.
Laju detak jantung rendah, sekitar 50-70 detak per menit normalnya menandakan kesehatan fisik yang baik, sementara laju detak jantung tinggi, sekitar 80 atau lebih tinggi lagi mungkin diartikan sebaliknya. Bahkan sebuah studi jangka panjang yang melibatkan 3.000 pria menemukan, setiap penambahan 10 hingga 22 detak setiap menitnya berkaitan dengan penambahan 16 persen risiko kematian.
Menurut Eric Topol, pakar jantung sekaligus direktur Scripps Translational Science Institute, seharusnya seseorang tidak perlu khawatir jika detak jantung istirahatnya yang tinggi dan berusaha menurunkannya menjadi 70-an atau 80-an.
Ini karena, kata dia, untuk sebagian orang, laju detak jantung yang tinggi adalah pengaruh genetika. Faktanya, sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Natures Genetic menemukan 14 gen variasi gen yang mempengaruhi laju detak jantung.
Hanya saja, Topol menegaskan, keadaan itu hanya berlaku jika Anda berolahraga empat hingga lima kali per minggu dan meningkatkan intensitas olahraga secara kontinu. Dan jika tidak berolahraga teratur, maka Anda perlu memperbaikinya.
Topol mengatakan, latihan kardio seperti aerobik adalah yang terbaik. Menurut studi yang dimuat dalam British Medical Journal, berolahraga dengan intensitas lebih tinggi dapat menjauhkan risiko sindrom metabolik yang merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.