Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/11/2013, 22:59 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

Sumber Dailymail
 
KOMPAS.com — Tubuh selalu memberi tanda bila ada salah satu organnya dalam kondisi tidak baik. Salah satunya adalah detak jantung yang meningkat, sebagai tanda adanya hambatan dalam pembuluh darah. Hal ini berisiko meningkatkan peluang terjadinya penyakit jantung koroner.
 
Peningkatan detak jantung saat istirahat ternyata terjadi pada anak-anak di Inggris dalam 30 tahun terakhir. Detak jantung saat istirahat adalah ukuran kesehatan jantung. Peningkatan detak mengindikasikan tekanan darah yang tinggi dan hambatan pada pembuluh arteri pada usia dewasa. Hal ini mengindikasikan risiko anak mengalami sakit jantung di kehidupan mendatang semakin besar.
 
Detak jantung saat istirahat berada pada tingkat terendah saat jantung memompa sejumlah darah yang diperlukan tubuh. Pengukuran dilakukan saat seseorang duduk atau berbaring, tidak ketika orang tersebut bergerak.
 
Riset terbaru menemukan, rata-rata peningkatan detak jantung adalah dua detak per menit pada anak usia 9-11 tahun. Peningkatan ini terlihat nyata pada anak laki-laki dibanding perempuan. Peneliti mengatakan, peningkatan detak jantung walau terjadi perlahan patut dikhawatirkan, terutama karena peningkatan detak tidak selalu berhubungan dengan kenaikan berat badan.
 
Bila peningkatan ini terus terjadi sampai usia dewasa, pada pria, ini akan mengakibatkan kematian karena penyakit jantung. Kondisi ini juga mengakibatkan banyak kasus terjadinya diabetes tipe 2.
 
Peneliti dalam riset ini berasal dari dua perguruan tinggi di London dan melibatan 23.000 anak usia sekolah berusia 9-11 tahun. Para responden merupakan satu dari lima studi yang dilakukan pada 1980-2008. Menurut laporan jurnal Archives of Disease in Childhood, para peneliti mengukur beberapa kali rata-rata detak jantung respondewn saat istirahat.
 
Secara keseluruhan, rata-rata detak jantung pada anak perempuan lebih tinggi, yaitu 82,2 detak per menit (bpm), dibanding pada anak laki-laki yang hanya 78,7 bpm. Namun, rata-rata detak terus meningkat pada kedua jenis kelamin sebesar 0,04 bpm tiap tahunnya. 
 
Kenaikan detak jantung pada anak laki-laki meningkat lebih cepat pada pertengahan 1990 sebesar 0,07 bpm, sedangkan pada anak perempuan hanya 0,03 bpm. Dengan kondisi ini, kenaikan detak pada anak laki-laki adalah 2 bpm, sementara pada anak perempuan hanya 1 bpm.
 
Selama 30 tahun pengamatan, berat badan pada rentang usia 9-11 tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini memengaruhi indeks massa tubuh, yang berhubungan dengan tinggi dan berat badan. Peningkatan rata-rata detak jantung kemudian dihubungkan dengan indeks massa tubuh. 
 
Namun, perubahan indeks massa tubuh maupun tinggi badan tidak menjelaskan seutuhnya peningkatan detak jantung saat istirahat. Riset sebelumnya mengatakan, peningkatan detak jantung mungkin berhubungan dengan gaya hidup sedentary pada anak. Gaya hidup ini mengakibatkan anak tidak banyak bergerak, dan lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer dan berbagai gadget lainnya.
 
Menurut pimpinan riset, Dr Leah Li, dari MRC Centre of epidemiology for child health, UCL Institute of Child Health, London, pola hidup sendentary berperan besar dalam peningkatan rata-rata detak jantung saat istirahat. Pola hidup kurang aktif atau sedentari mengakibatkan penurunan aktivitas fisik yang berefek pada memburuknya kesehatan fisik anak.
 
"Walaupun perlahan, penting untuk terus memantau tren kesehatan ini, terutama pada anak laki-laki. Peningkatan 2 bpm yang terus terjadi sampai dewasa meningkatkan 4 persen risiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Selain itu, terjadi juga peningkatan risiko penyakit diabetes pada usia 65 tahun sebesar 2 persen," kata Li.
 
Untuk menghadapi kondisi ini, anak-anak harus memiliki aktivitas fisik lebih banyak. Peningkatan aktivitas fisik akan berefek positif pada kesehatan dan kardiovaskuler anak. Aktivitas fisik teratur akan menurunkan detak jantung anak ketika beristirahat.  
 
Hal serupa dikatakan Christopher Allen, Senior Cardiac Nurse di British Heart Foundation. Menurutnya, studi ini menggarisbawahi kekhawatiran peningkatan detak jantung anak yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler di masa mendatang.
 
Detak jantung yang tinggi mengindikasikan rendahnya aktivitas fisik yang dijalani, terlepas dari anak tersebut berbadan ideal, kurus, atau gemuk. "Orangtua, sekolah, dan lingkungan mendorong anak untuk aktif secara fisik. Menolong anak untuk menikmati aktivitas fisik akan melindungi kesehatan dan proses tumbuh kembangnya," kata Allen.
 
Pentingnya aktivitas fisik untuk menurunkan detak jantung juga didukung hasil riset Denmark di awal tahun ini. Pada riset tersebut, responden yang memiliki detak jantung tinggi saat istirahat berisiko lebih besar meninggal pada usia muda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau