Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2014, 12:06 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com - Biaya kapitasi untuk praktik dokter gigi yang hanya Rp. 2.000 dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dinilai masih terlalu kecil. Kendati dapat memenuhi biaya untuk kebutuhan praktik dasar, kualitas yang dihasilkan tidak sebaik bila nilai kapitasi dinaikkan.

"Kita pernah menghitung dan sebetulnya biaya minimal yang kita butuhkan Rp. 3.270. Kapitasi Rp. 2.000 memang memungkinkan praktik terus berjalan, namun mutu yang dihasilkan masih dipertanyakan," kata Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Zaura Rini Anggraini pada KOMPAS Health akhir pekan kemarin.

Praktik yang bisa dilakukan dengan nilai kapitasi tersebut antara lain konsultasi, emergency, penambalan gigi susu atau permanen tanpa perawatan saraf, dan pencabutan gigi susu dan permanen tanpa pemberian anastesi.

Zaura mengatakan, sudah rahasia umum bila praktik dokter gigi tidak murah. Zaura berharap biaya kapitasi bisa ditingkatkan, sehingga bisa memaksimalkan pelayanan pada masyarakat. Selain itu, biaya kapitasi juga akan digunakan untuk kegiatan promotif dan preventif.

Sayangnya, usaha promotif dan preventif kesehatan gigi seolah masih diabaikan. "Padahal, usaha ini menjadi ujung tombak pelaksanaan JKN, terutama Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Karena itu kita berharap biaya kapitasi bisa dinaikkan, untuk memaksimalkan usaha promotif dan preventif," kata Zaura yang menambahkan serorang dokter gigi bertanggung jawab pada kesehatan rongga gigi dan mulut 7.500-10.000 jiwa.

Selain peningkatan kapitasi, Zaura juga berharap ada pemberian insentif tetap per bulannya bagi dokter gigi di layanan primer. Insentif diberikan supaya dokter gigi tak ketar-ketir memikirkan pendapatan per bulannya, yang dapat berubah sesuai penggunaan kapitasi saat itu. Namun ia belum tahu berapa insentif per bulan yang diusulkan untuk dokter gigi di fasilitas layanan primer.

Melalui era JKN, Zaura berharap kesehatan gigi tak lagi dianaktirikan. Kesehatan gigi turut menentukan status gizi masyarakat, baik anak maupun dewasa. Dengan gizi yang baik, seseorang bisa tumbuh kembang dan bekerja dengan maksimal.

"Preventif dan promotif memang harus dimaksimalkan, supaya anggaran negara tidak jebol. Keberhasilan promotif dan preventif diukur dari seberapa banyak pasien yang tetap sehat sepulangnya dari dokter. Untuk mewujudkan masyarakat sehat, tentu dibutuhkan pelayanan dan usaha promotif serta preventif maksimal," kata Zaura.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau