Jika kadar LDL mencapai 110-129 mg/dl, maka pasien harus rutin menjalankan latihan fisik. Latihan dilakukan minimal 3 kali seminggu dengan durasi 60 menit. Latihan cederung pada gerak aerobik dan penguatan otot serta tulang. Pasien juga menjalani diet untuk menjaga porsi dan keseimbangan asupan tiap hari. Selanjutnya pasien dievaluasi tiap 1 tahun.
Bila kadar LDL mencapai lebih dari 130 mg/dl, segera pergi ke dokter untuk berkonsultasi. "Dalam riset yang saya lakukan, dengan kadar LDL lebih dari 130 mg/dl pasien harus menjalani National Cholesterol Education Programme (NCEP) 2. Dibarengi latihan fisik selama 3 bulan, kadar LDL bisa menurun," kata Lanny. Selanjutnya dilakukan evaluasi tiap bulannya.
Melalui screening ini dapat diketahui penyebab remaja mengalami obesitas, yang terdiri atas primer dan sekunder. Sekunder diakibatkan gaya hidup meliputi pola makan, olahraga, dan beraktivitas. Remaja yang mengalami obesitas biasanya suka makanan cepat saji, manis, asin, berlemak, atau mengandung kafein. Mereka juga tidak suka bergerak atau melakukan aktivitas fisik.
Sementara penyebab primer berakar pada genetika. Misalnya adalah dislipidemia yang berkaitan dengan gen apolipoprotein E. Dislipidemia adalah kesulitan mengolah lipoprotein yang berakibat tingginya kadar kolesterol total, trigliserida, LDL, dan rendahnya HDL. Untuk apo 3 dapat dilakukan NCEP 2, sedangkan apo 2 dan 4 membutuhkan bantuan obat untuk menurunkan kadar lemak dalam darah.
Terapi apapun yang dipilih, orangtua harus memastikan anak remajanya memiliki kepatuhan tinggi. "Obesitas pada remaja kerap sulit ditangani karena kepatuhan yang rendah. Remaja mudah terpengaruh lingkungan dan peer group, hingga membuatnya tak lagi melakukan pola hidup sehat," kata Lanny yang menambahkan, remaja usia 13-14 tahun memiliki kepatuhan lebih rendah dibanding 17-19 tahun.