Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2014, 15:23 WIB

KOMPAS.com - Menikah tanpa ‘mengenali’ pasangan secara mendalam seperti membeli kucing dalam karung. Saat membuka karung, ada banyak kejutan menanti Anda. Oleh karena itu, tanyakan pada diri sendiri dan pasangan “yakin sudah saling kenal"?

Kenal di sini bukan hanya pengenalan kepribadian dan keluarga, tetapi mengenali karakter dan cara komunikasi, komitmen menikah, budaya keuangan pasangan, serta tidak terlupa mengenai kondisi kesehatan pasangan dan pengaruhnya terhadap keluarga yang akan dibangun.

Saat Anda sudah ‘mengenali’ pasangan, Anda akan punya waktu untuk berpikir, berdiskusi dan mencari solusi, sehingga akan lebih siap secara mental, keuangan dan kesehatan fisik. Saat itu pula Anda dapat menyatakan pada diri sendiri dan sekitar bahwa Anda ‘siap 100 % untuk menikah’.

Setiap orang yang merencanakan pernikahan tentunya menginginkan kebahagiaan rumah tangga yang akan dijalaninya. Salah satu faktor penting yang akan menentukan kebahagiaan pernikahan adalah kesehatan kedua calon mempelai. Bila salah satu mempunyai masalah kesehatan, maka kebahagiaan tidak dapat dirasakan seutuhnya. Karena itu disarankan untuk melakukan pemeriksan kesehatan pranikah, yaitu premarital check up guna mewujudkan keluarga bahagia.

Premarital check up adalah sekumpulan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan status kesehatan kesehatan kedua calon mempelai, terutama untuk mendeteksi adanya penyakit menular, menahun atau diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin.

Di sinilah perlunya premarital check up, yang berarti Anda dan pasangan dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap masalah kesehatan terkait kesuburan dan penyakit yang diturunkan secara genetik.

Berikut ini  pemeriksaan yang umumnya tercakup dalam premarital  check up :

1. Hematologi Rutin, Gambaran Darah Tepi, Analisa Hemoglobin HPLC, dan Badan Inklusi HbH
Pemeriksaan hematologi rutin bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan kedua calon mempelai  secara umum, mendeteksi kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang bisa mempengaruhi bentuk dan fungsi sel darah, deteksi penyakit infeksi dan penyakit darah.

Dari hasil pemeriksaan hematologi, bisa diketahui kemungkinan penyakit keturunan seperti thalassemia dan hemofilia. Untuk memastikan adanya thalassemia dapat dilihat dari hasil pemeriksaan gambaran darah tepi, analisa hemoglobin HPLC dan badan inklusi HbH. Sedangkan untuk memastikan adanya penyakit hemofilia perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan hematologi faal hemostasis.

2. Golongan  Darah A, B, O dan Rhesus
Selain untuk kepentingan tranfusi darah (jika kelak dibutuhkan), juga untuk mengetahui kecocokan rhesus. Disebut rhesus negatif jika tidak ada faktor rhesus dalam darah dan sebaliknya rhesus positif jika ada.

Jika seorang wanita dengan rhesus negatif hamil dari suami yang mempunyai rhesus positif, dan mengandung anak dengan rhesus positif (ada 50% kemungkinan ini, sementara 50% kemungkinan mengandung anak dengan rhesus negatif), maka secara alami ibu akan menghasilkan antibodi yang menyerang darah janinnya, dan menyebabkan sel darah merah janin rusak, sehingga janin dapat mengalami anemia, kerusakan otak dan jantung, serta akibat fatal lainnya.

3. Urin Rutin
Mengetahui kondisi kelainan ginjal atau saluran kemih, penyakiy metabolik atau sistemik pada kedua calon mempelai.

4. Glukosa Puasa
Mendiagnosa diabetes melitus yang cenderung bisa diturunkan kepada janin atau anak yang akan dikandung. Calon ibu yang mempunyai kadar gula tinggi, bila tidak dikontrol bisa berisiko cacat pada janinnya atau mengalami komplikasi kehamilan seperti preeklampsia, janin besar, gangguan pertumbuhan pada janin, proses kelahiran yang sulit atau janin meninggal dalam kandungan.

5. HBsAg
Mendeteksi infeksi hepatitis B yang bisa ditularkan ibu kepada janinnya, atau dari sang suami  kepada istrinya dan kemudian kepada janinnya.

6. VDRL/RPR
Mendeteksi salah satu jenis penyakit menular seksual, yakni sifilis yang bisa berakibat buruk pada penderitanya dan ditularkan kepada pasangannya melalui hubungan seksual, serta bisa juga ditularkan dari ibu kepada janinya sehingga mengakibatkan terjadinya kecacatan dan kematian pada janin.

7. Anti-Rubella IgG, Anti-Toxoplasma IgG dan Anti-CMV IgG
Mendeteksi infeksi Rubella, Toxoplasma dan Cytomegalovirus (CMV) yang bisa mengakibatkan keguguran, bayi lahir prematur dan juga kelainan pada janin yang dikandung.

Idealnya, premarital check up dilakukan 6 bulan sebelum menikah dengan pertimbangan jika ditemukan masalah pada hasil pemeriksaan kesehatan kedua calon mempelai, masih cukup waktu untuk konseling dan memutuskan penanganan yang tepat terhadap penyakit yang diderita. Namun jika tidak memungkinkan 6 bulan sebelum menikah, kapan pun sebelum pernikahan dilangsungkan, Anda bisa melakukan premarital check up.

Pemeriksaan pranikah adalah satu tahap dalam persiapan pernikahan yang tidak boleh terlewatkan. Banyak konflik dalam pernikahan yang mungkin berujung pada perceraian diakibatkan oleh masalah kesehatan, kesuburan dan keturunan. Dengan saling mengenal kondisi kesehatan Anda dan pasangan, masalah itu telah bisa diantisipasi dan cegah sejak awal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau