Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2014, 07:54 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber foxnews

KOMPAS.com - Tinggal di rumah yang bersih identik dengan kesehatan yang lebih baik. Namun, tidak selamanya rumah yang tidak terlalu bersih berakibat buruk bagi kesehatan. Ini karena sedikit kotor justru dapat mencegah terjadinya alergi, terutama pada bayi yang baru lahir.

Sebuah studi baru di Journal of Allergy and Clinical Immunology mengungkap, bayi yang terpapar debu di rumah, rambut binatang, bahkan alergen dari kecoa dan tikus memiliki risiko yang lebih rendah dalam mengembangkan alergi di kemudian hari.

Dalam studi tersebut, peneliti asal Johns Hopkins Children's Center mengumpulkan data dari 467 bayi yang baru lahir. Mereka kemudian mengikuti bayi-bayi itu selama tiga tahun dan memonitor hasil tes darah sebagai tanda dari alergi. Tak hanya itu, peneliti juga mengukur kadar alergen dan bakteri di rumah tempat bayi tinggal.

Secara keseluruhan, bayi yang terpapar rambut kucing dan tikus, termasuk kotoran kecoa sebelum usia satu tahun memiliki laju alergi dan batuk mengi lebih lebih sedikit dibandingkan bayi yang tidak terpapar.

Efek protektif juga terlihat saat terdapat tipe bakteri yang bervariasi di rumah. Empat puluh satu persen anak yang tidak mengi atau memiliki alergi di kemudian hari adalah mereka yang terpapar bakteri dan alergen saat masih bayi. Sedangan hanya delapan persen pada pada anak dengan alergi.

Studi ini membuktikan teori hipotesis hygiene yang menyarankan supaya anak-anak tumbuh di lingkungan yang tidak terlalu bersih karena akan lebih rentan mengembangkan alergi di kemudian hari. Teorinya, kurangnya paparan agen infeksi selama anak-anak menyebabkan buruknya perkembangan sistem imun.

Sistem imun yang lemah tidak bisa bekerja dengan baik melawan penyakit. Hasilnya, semakin lemah sistem imun, respon alergi pun meningkat.

Peneliti mencatat, studi menunjukkan paparan lingkungan sangat signifikan terhadap penentuan apakah seorang anak akan mengembangkan alergi atau tidak, terutama saat bayi baru dilahirkan.

"Studi kami menunjukkan waktu awal terpapar alergen merupakan saat yang kritis," ujar penulis studi Robert Wood, ketua divisi alergi dan imunologi di Johns Hopkins Children's Center.

Menurut dia, tidak hanya respon imun yang dibentuk di awal kehidupan, tetapi juga bakteri tertentu dan alergen memiliki peran penting dalam merangsang dan melatih sistem imun dengan cara tertentu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau