Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/07/2014, 13:51 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber Dailymail

KOMPAS.com - Tubuh gemuk identik dengan peningkatan risiko penyakit jantung pada seseorang. Namun, sebuah studi baru malah membuktikan meskipun berpenyakit jantung ternyata orang obesitas rata-rata justru hidup lebih lama daripada orang yang kurus.

Para peneliti asal Amerika Serikat menemukan, risiko serangan jantung dan kematian dari komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) justru paling tinggi pada pasien dengan berat badan rendah. Sebaliknya pada orang dengan kelebihan berat badan risikonya justru rendah.

Obesitas berhubungan dengan peningkatan kadar insulin, tekanan darah, kadar kolesterol, dan risiko diabetes. Sehingga hasil temuan baru dari peneliti ini bagaikan sebuah paradoks dari akibat obesitas yang selama ini diketahui.

Salah satu teori dari fakta tersebut adalah orang obesitas cenderung mendapat obat untuk mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterolnya dibandingkan dengan orang kurus dalam dosis yang lebih tinggi. Mereka juga lebih mungkin untuk menjalani prosedur pembuangan lemak karena ukuran tubuhnya secara tradisional dinilai lebih membutuhkannya.

Peneliti mengatakan, alasan lainnya yaitu indeks massa tubuh yang lebih tinggi justru melindungi seseorang dari kematian akibat penyakit. Meskipun, kegemukan itu juga lah yang memicu penyakit.

Studi baru yang dipublikasi dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings ini pun mempelajari lagi tentang lemak tubuh untuk memberikan pengertian ulang terhadap asumsi yang selama ini beredar.

Peneliti studi yang diketuai oleh Dr Abhishek Sharma dari State University of New York pun menganalisis 36 studi sebelumnya yang melibatkan ribuan pasien dengan penyakit jantung koroner.

Pasien dengan IBM kurang dari 20 memiliki risiko serangan jantung 1,8-2,7 kali lebih tinggi dan kematian akibat permasalahan jantung. Sebaliknya, risikonya justru lebih rendah pada mereka dengan IBM yang tinggi yaitu 25-30. Bahkan risikonya sangat rendah pada mereka yang sangat obesitas dengan IBM 30-3, risiko mereka 27 persen lebih rendah dibandingkan dengan orang dengan IBM normal.

"Orang yang obesitas dan kelebihan berat badan memiliki kerusakan pembuluh darah konorer yang lebih besar, namun ternyata ini lebih menguntungkan dibanding dengan orang dengan kerusakan pembuluh darah koroner yang lebih kecil," kata Sharma.

Dr Kamyar Kalantar-Zader, pakar obesitas dari University of California Irvine Medical Centre yang tidak terlibat dalam studi mengatakan, mekanisme paradoks obesitas masih tetap belum jelas, namun hasil temuan ini cukup baik. Meskipun begitu, ia memperingatkan agar temuan ini tidak menjadi alasan bahwa obesitas menjadi kondisi yang permisif. Pasalnya, hidup sehat berkualitas tanpa penyakit adalah lebih penting.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau