Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mungkinkah Wabah Ebola Menjadi AIDS Berikutnya ?

Kompas.com - 13/10/2014, 19:00 WIB

KOMPAS.com - Wabah ebola terus menebar teror dalam beberapa bulan terakhir, bahkan penularannya sudah terjadi di luar negara Afrika. Tapi apakah wabah ini bisa menyebabkan pandemi global yang mirip dengan AIDS?

Dalam pertemuan di Washington DC, AS, (9/10/14), Dr Tom Frieden, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), membandingkan dua penyakit tersebut (Ebola dan AIDS).

“Selama 30 tahun saya bekerja di bidang kesehatan masyarakat, satu-satunya hal yang seperti ini hanyalah AIDS. Kita harus berjuang lebih keras agar wabah ebola ini bukanlah AIDS berikutnya," katanya.

Ebola dan HIV (virus penyebab AIDS) memang memiliki sejumlah kesamaan. Keduanya menyebar melalui cairan darah dan tubuh, keduanya memiliki resiko kematian yang tinggi, dan keduanya muncul dan menyebar di Afrika. "Selain itu para peneliti belum mampu mengembangkan vaksin untuk melawan virus tersebut" kata Dr Amesh Adalja, seorang dokter penyakit infeksi di Universitas Pittsburgh.

Tetapi ada perbedaan besar juga antara kedua virus, yang akan mencegah infeksi ebola menyebar luas layaknya AIDS.

HIV memiliki periode yang panjang di mana seseorang dapat menyebarkan virus tersebut meski gejala penyakitnya belum muncul. Orang tersebut bisa tampak sehat meski memiliki HIV dan dapat menyebarkan virusnya melalui melalui aktivitas seksual atau berbagi jarum suntik.

"Sebaliknya, virus ebola tidak menyebar dari orang-orang yang belum memiliki gejala, dan begitu mereka terinfeksi mereka akan merasa terlalu sakit untuk melakukan aktivitas seperti biasanya," kata Adalja.

Menurut Adalja, fakta ebola tidak memiliki periode laten, akan menjadi salah satu faktor pembatas penyebarannya.

Dr Bruce Hirsch, seorang spesialis penyakit infeksi di North Shore University Hospital di Manhasset, New York, setuju.

"Saya tidak berpikir bahwa ebola memiliki potensi untuk menjadi AIDS berikutnya di dunia," kata Hirsch.

Sayangnya, ebola adalah pembunuh cepat, tetapi ini berarti wabah ini pada akhirnya akan hilang dengan sendirinya.

"Itulah teror dan juga keuntungan yang kita miliki, dalam hal tindakan kesehatan masyarakat untuk mengendalikan virus," kata Hirsch.

Namun, menurutnya ebola memiliki potensi untuk mengajarkan para ahli, sebagaimana dalam hal pengendalian AIDS. Terlebih kesehatan manusia di seluruh dunia sebenarnya saling terhubung.

Wabah ebola telah menjangkiti lebih dari 8.000 orang di Guinea, Liberia dan Sierra Leone, dan menewaskan lebih dari 3.800 orang pada 5 Oktober, menurut data terakhir yang diperbarui menurut CDC.

Setelah Spanyol, dua orang di Amerika dilaporkan juga tertular ebola. Skenario terburuk yang diperkirakan adalah bahwa 1,4 juta orang di Liberia dan Sierra Leone bisa terinfeksi ebola dalam empat bulan. Tentu saja semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah tragedi kemanusiaan itu jadi kenyataan.

"Kita tidak akan aman dari ebola sampai semua orang selamat dari ebola," kata Hirsch. (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com