JAKARTA, KOMPAS.com – Produk obat anestesi Buvanest Spinal produksi PT Kalbe Farma telah ditarik dari pasaran sejak 12 Februari 2015 menyusul kasus meninggalnya dua pasien Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang. Namun, hingga kini belum semua obat berhasil ditarik di seluruh wilayah Indonesia.
“Proses penarikan nasional masih berlangsung sampai ke pelosok, ke daerah terpencil. Pengecekan langsung pun terus kami lakukan,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Irawati Setiady di Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Ira menjelaskan, Buvanest Spinal telah diproduksi lebih dari 7 tahun dan tersebar di 60 cabang seluruh Indonesia. Untuk itu, pihaknya membutuhkan banyak waktu untuk melakukan penarikan terhadap seluruh batch Buvanest hingga ke daerah terpencil.
Namun, Kalbe belum dapat menjelaskan secara rinci daerah mana saja yang belum berhasil dilakukan penarikan obat Buvanest Spinal. Kalbe pun tak dapat memastikan sampai kapan penarikan akan berlangsung.
“Mayoritas sudah, terutama di Pulau Jawa. Memang belum ada angka persis, ini kan dihitung terus. Kalbe sih maunya secepat-cepatnya. Target kita tetapkan sampai beberapa hari ke depan,” ujar Direktur PT Kalbe Farma Vidjongtius.
Menurut Vidjongtius, Kalbe juga melakukan pengecekan dan penyelidikan apakah ada label kemasan Buvanest lain yang tertukar isinya. Namun, sejauh ini belum ditemukan lagi label yang tertukar seperti kasus yang terjadi di Rumah Sakit Siloam Karawaci.
Sebelumnya diberitakan, dua pasien di RS Siloam Karawaci, Tangerang meninggal dunia setelah diberi injeksi Buvanest Spinal produk PT Kalbe Farma. Namun, setelah tindakan itu kedua pasien mengalami gatal-gatal, hingga kejang. Pasien adalah seorang wanita yang menjalani operasi caesar dan seorang laki-laki yang menjalani operasi urologi. (Baca: 2 Pasien RS Siloam Meninggal Setelah Disuntik Obat Bius)
Keduanya langsung dibawa ke ruang ICU. Namun, kurang dari 24 jam nyawanya tak tertolong. Sementara itu, untuk pasien yang menjalani operasi caesar, bayinya selamat.
Hasil pemeriksaan sementara, Buvanest Spinal yang diberikan ternyata bukan berisi Bupivacaine yang merupakan obat bius, akan tetapi berisi asam traneksamat golongan antifibrinolitik yang bekerja mengurangi pendarahan. Pihak RS Siloam mengaku sudah melakukan tindakan operasi sesuai prosedur. (Baca: Soal Obat Bius yang Sebabkan Tewas, TRS Siloam Mengaku Sudah Sesuai Prosedur)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.