Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2015, 15:19 WIB

TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Program deteksi dini kanker usus besar atau kolorektal pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti puskesmas, saat ini diperlukan. Satu dasawarsa terakhir, kasus kanker kolorektal atau kanker pada sistem pencernaan (usus besar dan rektum) cenderung meningkat.

Edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan juga perlu ditingkatkan agar faktor risiko dihindari dan penanganan pasien bisa lebih baik. "Umumnya pasien datang stadium III yang rata-rata sudah berdarah. Sebagian lagi stadium IV. Kecil sekali yang terdeteksi stadium II," kata Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia, Aru Sudoyo, pada Talk Show Tribute to Women 2015, di Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan, Sabtu (18/4).

Mengutip data Globocan 2012, secara global, kini kasus kanker kolorektal termasuk tiga besar kanker di dunia.

Aru memaparkan, gejala kanker usus besar biasanya agak sulit dikenali. Pasien akan terus merasakan perutnya tidak nyaman. Bentuk feses berubah-ubah dan terkadang ada darah pada feses.

Oleh karena sulit mengenali gejala dan pengetahuan masyarakat juga tenaga kesehatan belum merata, akhirnya kebanyakan pasien kanker kolorektum berobat ketika stadium lanjut.

Salah satu penyintas kanker usus besar, Yuliana, menuturkan, sebelum diketahui kanker stadium IIB, ia hanya merasa kembung. Diagnosis tenaga kesehatan berubah-ubah sebelum biopsi menunjukkan positif kanker.

Oleh karena itulah pencegahan dan deteksi dini amat diperlukan. Sayangnya, saat ini belum ada program deteksi dini kanker usus besar. "Program deteksi dini kanker serviks dengan papsmear dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) sudah berjalan di banyak tempat. Tapi program deteksi dini kanker yang lain, termasuk kanker usus besar saat ini tidak ada," ujar Aru.

Kemudahan akses

Aru yang juga ahli Hematologi-Onkologi Medik menyarankan, program deteksi dini kanker usus besar paling praktis ialah pemeriksaan darah samar pada feses. Melalui kolonoskopi akan mahal. Deteksi dini itu perlu tersedia pada fasilitas pelayanan kesehatan primer. Dengan begitu, masyarakat bisa memeriksa diri ke puskesmas secara berkala.

Kanker usus besar sangat terkait gaya hidup, terutama pola makan. Jika ditelusur lebih jauh, juga berhubungan dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

Pada saat kemampuan ekonomi meningkat terjadi perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Masyarakat cenderung mengonsumsi makanan berlemak tinggi dibandingkan makanan berserat. Banyak mengonsumsi makanan mengandung bahan berbahaya/residu pestisida juga meningkatkan risiko kanker.

Penanggung Jawab Klinik Utama Yayasan Kanker Indonesia Sasana Marsudi Husada, Rebecca N Angka, menuturkan, deteksi kanker sangat penting. Sayangnya, belum ada program deteksi dini untuk tiap jenis kanker, termasuk kanker kolorektal. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau