JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengaku heran ketika menyaksikan sejumlah remaja yang merokok sesusai berolahraga di area car free day (CFD), Jakarta. Nila pun bertanya-tanya, apakah ada manfaat dari olahraga jika setelah itu merokok?
"Setelah CFD, saya lihat mereka duduk nongkrong sambil merokok. Jadi buat apa olahraganya yah? Kalau enggak percaya, coba ke CFD," kata Nila dalam acara Second Indonesian Conference on Tobacco or Health di Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Apa yang dilihat Nila menjadi bukti banyaknya remaja yang merokok. Acara Second Indonesian Conference on Tobacco or Health di Jakarta kali ini pun mengambil tema “Save Young Generation, Save the Nation”
Menurut survei, 78 persen perokok di Indonesia ternyata sudah mulai mengenal rokok sebelum berusia 19 tahun. Bahkan, hampir sepertiga pelajar mengaku pertama kali mencoba rokok pada usia 10 tahun.
Prevalensi merokok di usia remaja pun mengalami peningkatan. Tahun 2007, perokok pada kelompok usia 15-19 tahun sebesar 33,1 persen dan kelompok usia 10-14 persen sebesar 10,3 persen. Kemudian meningkat jadi 43,3 persen pada 2010 untuk kelompok usia 15-19 tahun dan 17,5 persen pada kelompok usia 10-14 tahun.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan, mengingat mereka yang sudah merokok pada usia muda lebih berisiko terkena penyakit yang diakibatkan racun dari rokok. Biaya yang dikeluarkan untuk mengobati penyakit terkait rokok pun meningkat. Untuk itu, munculnya perokok baru pada usia muda harus dicegah. Menurut Nila, konsumsi rokok dapat merusak kualitas generasi muda.
"Kita mau menyelamatkan anak muda kita, generasi muda. Sesuai nawacita presiden, yaitu meningkatkan kualitas SDM. Bagaimana ekonomi Anda jadi baik kalau Anda tidak sehat, akhirnya tidak pandai. Ini yang harus disadari,” ungkap Nila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.