Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2015, 11:00 WIB

KOMPAS.com - Satu hal yang menjadi kecemasan para penyintas (survivor) kanker adalah sel kanker yang sudah ditumpas dengan kemoterapi atau radiasi akan kembali lagi.

Sayangnya, pada banyak kasus sel kanker memang tumbuh kembali. Bahkan, pada para penyintas yang sudah bertahun-tahun dinyatakan "sembuh" kanker bisa muncul.

Kini para ilmuwan berhasil mengetahui apa yang menyebabkan beberapa jenis kanker tumbuh kembali, bahkan setelah satu dekade kemudian. Bukti genetik menunjukkan sel kanker bisa "tidur" untuk menghindari efek dari terapi dan kemudian "bangun" kembali beberapa tahun kemudian.

Peneliti dari The Institute of Cancer Research di London mengatakan hasil penelitian ini bisa membantu mencari akar dari sel kanker yang tidak aktif. Terapi semacam itu diharapkan bisa menghilangkan kemungkinan kanker akan kembali lagi setelah pasien sembuh.

Penelitian ini sangat unik karena para ahli mengambil sampel darah dan sumsum tulang dari pasien yang menderita leukemia langka, selama 20 tahun. Kemudian sampel yang diambil saat pasien didiagnosa kanker di usia 4 tahun itu dianalisa, demikian juga saat kanker kembali muncul ketika pasien berusia 25 tahun.

"Selama ini sudah diketahui bahwa kasus leukemia yang langka bisa kembali lagi saat penyakitnya seolah sudah sembuh. Tapi kami tidak memiliki bukti kuat bahwa sel kanker bisa tidur untuk periode sepanjang itu," kata Mel Greaves, ketua peneliti.

Ia mengatakan, sel kanker ternyata memang mengalami evolusi. Mereka bisa bersembunyi untuk menghindari terapi untuk kemudian bermutasi dan bisa kembali memunculkan penyakitnya.

"Darah sel punca secara teratur akan berfluktuasi antara menjadi dorman atau tertidur dan membelah dengan sangat cepat. Sepertinya itu trik sel kanker untuk menghindari terbunuh oleh kemoterapi," katanya.

Di masa depan, mungkin bisa diciptakan obat yang bisa "membangunkan" sel prakanker dorman sehingga mereka bisa lebih mudah menjadi target dan dibunuh oleh kemoterapi, untuk mengurangi risiko kekambuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com