Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2015, 07:19 WIB

KOMPAS.com - Saat ini paling tidak setiap hari kita mengonsumsi minuman manis, bisa jus buah, soda, teh yang ditambahkan gula, atau susu. Padahal, penelitian menunjukkan ratusan ribu kematian setiap harinya terkait oleh kebiasaan mengonsumsi minuman manis.

Hampir setiap orang di dunia ini menyukai minuman manis. Dalam sebuah studi global yang dimuat dalam jurnal PLOS One terungkap tingkat konsumsi minuman manis berdasarkan geografi, demografi, pendapatan dan jenis kelamin.

Gitanjali Singh ketua peneliti, mengatakan secara umum minuman dibagi ke dalam tiga kategori: minuman yang diberi gula, jus buah, dan susu.

Minuman yang diberi gula adalah minuman yang mengandung setidaknya 50 kalori dari gula dalam 8 ons sajian (soda, minuman energi, es teh, dan sebagainya). Sementara itu kategori jus buah adalah minuman yang mengandung gula namun tidak 100 persen jus. Sementara kategori ketiga adalah susu.

Penelitian jangka panjang ini mengungkapkan beberapa tren menarik. Misalnya saja mengenai konsumsi jus buah yang cukup tinggi di negara dengan tingkat pendapatan tinggi. Selandia Baru berada di urutan pertama dalam hal konsumsi jus buah dan Eritrea berada di urutan terakhir.

Hal yang sama juga berlaku untuk susu. Makin kaya sebuah negara, makin tinggi konsumsi susunya. Swedia dan Islandia adalah negara yang penduduknya minum sekitar 1.6 sajian susu setiap hari. Sementara itu Amerika hanya mengonsumsi kurang dari satu sajian perhari dan Korea Selatan paling sedikit.

Asia timur cukup sedikit mengonsumsi minuman yang diberi pemanis, sementara mereka yang tinggal di Karibia (Trinidad, Tobago, dan Barbados) berada di urutan teratas, terutama pria muda yang minum 3.4 sajian perhari.

Bicara tentang usia, mereka yang masih muda lebih memilih minuman manis yang dingin, namun orang yang lebih tua lebih memilih susu.

"Konsumsi minuman manis lebih tinggi di negara berpendapatan menengah, tapi rendah di negara dengan pendapatan rendah dan tinggi," kata Singh.

Dengan kata lain, pada tingkat kekayaan yang tinggi konsumsi minuman manis justru rendah, tapi di negara menegah yang mengalami transisi nutrisi dari makanan tradisional ke makanan yang diproses, konsumsi minuman berpemanisnya justru tinggi.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau