Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Makan Manis? Ini Efeknya pada Tubuh Sejam Kemudian

Kompas.com - 21/10/2015, 17:57 WIB
Ayunda Pininta

Penulis

KOMPAS.com — Hadir sebagai pelengkap rasa di hampir semua makanan serta minuman membuat gula begitu lekat dengan hidup seseorang. Dikonsumsi dalam jumlah tertentu, gula memang bisa menjadi suntikan energi yang membuat tubuh lemas menjadi bertenaga kembali. Namun, mengonsumsi terlalu banyak gula ternyata bisa memberi dampak buruk pada kesehatan.

Ketua ikatan dokter online di Treated.com, dr Wayne Osborne, mengatakan, efek yang ditimbulkan oleh gula bagi tubuh tak semanis rasanya. "Minuman atau makanan manis kemasan mengandung kadar gula yang tinggi. Walau hanya dimakan sesekali, tetap saja bisa membuat sistem tubuh menjadi kacau."

Asupan gula harian yang direkomendasikan ialah 90 gram. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan jumlah gula yang ada dalam makanan pokok, seperti nasi, buah, bahkan sayur. Dengan demikian, asupan gula yang sebaiknya dikonsumsi dalam bentuk lain, seperti minuman atau camilan manis, hanyalah 30 gram atau sekitar 2 sendok makan.

Jadi, bila Anda sudah mengonsumsi segelas teh manis dengan 2 sendok makan misalnya, tandanya Anda perlu menghindari minuman atau camilan manis lain bila ingin sistem tubuh berjalan dengan baik.

Sebagai gambaran, sekaleng minuman soda manis 300 ml mengandung sekitar 35 gram gula. Dalam 1 botol minuman manis kemasan 500 ml terdapat sekitar 40 gr gula. Di dalam sebatang cokelat ukuran sedang terdapat 30 gram gula.

Bila dalam sehari Anda mengonsumsi 2 jenis atau lebih kudapan manis tadi, tandanya tubuh sudah kelebihan gula, dan ini yang akan dialami tubuh selama 1 jam ke depan:

 

0-15 menit:

Gula bercampur dengan bakteri dalam mulut dan membentuk asam yang bisa mengikis enamel gigi.

 

15-30 menit:

Gula melewati lambung dan mencapai usus kecil untuk dipecah ke dalam aliran darah. Pankreas lalu melepaskan insulin untuk mengantisipasi masuknya gula dan mencoba mengubahnya menjadi energi. Gula kemudian dikirim ke sel-sel otot tubuh. Bila berlebih, maka gula akan dikirim ke hati dan disimpan sebagai lemak.

Di sisi lain, tubuh menafsirkan lonjakan gula yang tinggi sebagai akibat dari stres sehingga keluarlah hormon kortisol dan epinefrin. Hal ini menyebabkan denyut jantung meningkat, diikuti naiknya tekanan darah, dan membuat tubuh gampang berkeringat.

 

30-40 menit:

Tingginya kadar gula yang masuk ke dalam tubuh juga membuat pelepasan dopamin pada otak menjadi tidak seimbang. Padahal, dopamin berperan penting dalam proses berpikir dan juga motivasi sehingga seseorang bisa dengan mudah merasa marah dan tak bergairah.

Selanjutnya, insulin dan hormon stres yang "bekerja lembur" untuk mengatasi lonjakan gula menyebabkan penurunan gula darah yang drastis sehingga bisa memicu sakit kepala. Setelah tubuh bekerja ekstra dalam menghadapi gula, yang Anda rasakan ialah rasa lesu, bahkan mengantuk.

 

45 menit:

Ketidakstabilan hormon di dalam tubuh yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebih pada akhirnya bisa mengganggu sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh kurang mampu menangani infeksi serta lebih mudah sakit.

Walau semua bergantung pada banyaknya gula yang dimakan serta kemampuan metabolisme tubuh, dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh bisa terhambat sampai 5 jam setelah makan gula berlebih.

Karena itulah, dr Osborne juga menyarankan kepada orangtua untuk lebih peduli terhadap asupan gula harian, khususnya pada anak-anak mereka. Ini bukan berarti kudapan manis dalam bungkus kecil terbilang aman untuk dihabiskan begitu saja. Membaca label bisa menjadi upaya pencegahan kelebihan gula yang nantinya bisa memicu obesitas, diabetes, dan penyakit gula lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau