Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Enggan Buka Data Covid-19 Seperti yang Diinginkan WHO

Kompas.com - 01/01/2025, 21:00 WIB
Khairina

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com-Kementerian Luar Negeri China menyatakan pihaknya telah membagikan data dan hasil penelitian Covid-19 paling banyak di dunia.

Hal ini menanggapi seruan organisasi kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) yang meminta China memberikan lebih banyak informasi dan akses terkait asal-usul Covid-19.

"China juga menjadi satu-satunya negara yang mengatur para ahli untuk berbagi kemajuan pelacakan asal-usul Covid-19 dengan WHO dalam berbagai kesempatan," kata Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri, dalam konferensi pers rutin, Selasa (31/12/2024).

Baca juga: 5 Tahun Pandemi Covid-19, WHO Desak China Bagikan Data

Dalam pernyataan pada Senin (30/12/2024), WHO sekali lagi meminta China untuk berbagi data dan memberikan akses guna mendukung upaya memahami asal-usul Covid-19, yang kasus pertamanya terdeteksi di Cina tengah 5 tahun lalu.

Menurut WHO, lebih dari 760 juta kasus COVID-19 dan 6,9 juta kematian telah tercatat di seluruh dunia.

Pada pertengahan 2023, WHO menyatakan berakhirnya Covid-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat, tetapi menegaskan bahwa penyakit ini harus menjadi pengingat permanen akan potensi munculnya virus baru dengan dampak yang menghancurkan.

Data dari awal pandemi diunggah oleh ilmuwan China ke basis data internasional pada awal 2023, beberapa bulan setelah China mencabut semua pembatasan Covid-19 dan membuka kembali perbatasannya ke seluruh dunia.

Baca juga: Berkaca dari Pandemi Covid-19, Menkes: Vaksin Cara Cepat Bebas TBC

Data tersebut menunjukkan DNA dari berbagai spesies hewan, termasuk anjing rakun, ditemukan dalam sampel lingkungan yang dinyatakan positif SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Menurut tim peneliti internasional, hal ini menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut "kemungkinan besar menjadi perantara" penyebaran penyakit.

Pada 2021, sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan waktu berminggu-minggu di Wuhan dan sekitarnya - tempat kasus pertama terdeteksi - dan menyatakan virus kemungkinan ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan.

China menyatakan bahwa tidak perlu ada kunjungan tambahan dan pencarian kasus awal seharusnya dilakukan di negara lain.

"Dalam isu pelacakan asal-usul Covid-19, China telah membagikan data dan hasil penelitian terbanyak serta memberikan kontribusi terbesar pada penelitian pelacakan global," kata Mao.

"Para ahli internasional WHO telah berulang kali mengatakan bahwa selama kunjungan mereka ke China, mereka pergi ke semua tempat yang ingin mereka kunjungi dan bertemu dengan semua orang yang ingin mereka temui," ujarnya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau