Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi Flu Burung di AS, Infeksi pada Kucing Picu Kewaspadaan

Kompas.com - 31/12/2024, 22:00 WIB
Khairina

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com-Penyebaran flu burung yang terus berlanjut di Amerika Serikat (AS) telah membuat para ahli khawatir. Kasus flu burung ini bukan hanya menyebabkan penyakit parah pada manusia, tetapi juga muncul infeksi yang mengkhawatirkan pada kucing.

Pihak berwenang melaporkan, sampel virus yang ditemukan pada seorang pasien kritis di AS menunjukkan tanda-tanda mutasi baru.

Meskipun demikian, tidak ada indikasi bahwa virus tersebut telah menyebar ke individu lain.

Baca juga: Temuan Studi Baru: Kucing Berisiko Jadi Pembawa Virus Flu Burung

Awal bulan ini, pejabat di AS mengumumkan, seorang pasien lanjut usia di Louisiana dalam kondisi "kritis" dengan infeksi H5N1 yang parah.

Analisis dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), Kamis (26/12/2024) mengungkapkan, sebagian kecil virus yang ditemukan di tenggorokan pasien membawa perubahan genetik yang dapat meningkatkan kemampuan virus mengikat reseptor sel tertentu di saluran pernapasan atas manusia.

CDC mencatat bahwa perubahan ini belum terdeteksi pada burung, termasuk unggas rumahan yang diyakini menjadi sumber infeksi awal pasien.

CDC menyatakan, mutasi ini "kemungkinan besar dihasilkan oleh replikasi virus ini pada pasien dengan penyakit lanjut," dan menekankan bahwa tidak ada transmisi strain bermutasi ke manusia lain yang telah teridentifikasi.

Baca juga: California Umumkan Darurat Flu Burung, 1 Warga Kritis

Seperti dilansir AFP, beberapa ahli yang dihubungi memperingatkan bahwa terlalu dini untuk menentukan apakah perubahan ini akan membuat virus lebih mudah menular atau lebih parah pada manusia.

Angela Rasmussen, seorang ahli virologi dari University of Saskatchewan di Kanada, menjelaskan, meskipun mutasi ini mungkin membantu virus masuk ke dalam sel lebih mudah, bukti tambahan seperti misalnya pengujian pada hewan, diperlukan untuk memastikan efek apa pun pada penularan.

Selain itu, mutasi serupa telah terjadi pada pasien kritis sebelumnya tanpa menyebabkan wabah yang lebih luas.

"Bagus untuk mengetahui bahwa kita harus memperhatikan ini, tetapi ini tidak benar-benar berarti, 'Oh, kita sekarang lebih dekat ke pandemi," kata Rasmussen.

Thijs Kuiken dari Erasmus University Medical Center di Belanda mengatakan, kemampuan virus untuk menempel secara efisien pada sel saluran pernapasan atas manusia memang diperlukan, tetapi tidak cukup untuk membuat virus lebih mudah menular antarmanusia.

Dia menambahkan, proses ini hanyalah salah satu dari beberapa langkah yang diperlukan agar replikasi virus berhasil.

Kuiken menunjukkan bahwa adaptasi semacam ini justru dapat menghasilkan infeksi yang lebih ringan karena terjadi pada sel di saluran pernapasan atas, yang menyebabkan gejala seperti pilek atau sakit tenggorokan.

Apabila virus menyerang saluran pernapasan bawah, dapat menyebabkan pneumonia lebih parah.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau