Menurut data Riset Kesehatan Dasar, diperkirakan 7 persen orang Indonesia menderita diabetes melitus. Pada tahun 2030, diperkirakan ada 11,8 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit ini. Angka tersebut naik hampir dua kali lipat dari angka 7,6 juta jiwa yang tercatat di tahun 2013.
Menurut Prof.Agung Pranoto, Msc, Sp.PD, pemicu diabetes di Indonesia berbeda-beda pada tiap provinsi.
"Kalau di kota besar biasanya karena gaya hidup yang berubah, menjadi kurang aktif dan kegemukan. Pola makan juga berubah," katanya dalam wawancara dengan media di Jakarta (5/11/15).
Sementara itu di daerah atau kota kecil perubahan pola makan diduga ikut meningkatkan risiko diabetes. "Pola makan orang sekarang tinggi fruktosa atau gula," ujar Presiden Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) ini.
Meski diabetes bisa menyebabkan komplikasi serius, tetapi banyak orang yang tidak menyadari dirinya menderita penyakit ini. Hal ini karena diabetes timbul perlahan-lahan dan tidak disadari.
"Ketika organ pankreas kita sebagai penghasil insulin mengalami penurunan sampai 45 persen baru muncul gejala. Tapi biasanya kadar gula darahnya sudah sangat tinggi. Sebelum itu tidak ada gejala apa-apa," paparnya.
Oleh karena itu setiap orang hendaknya menyadari pentingnya melakukan deteksi dini. Terlebih jika ada riwayat diabetes dalam keluarga.
"Kalau lingkar perutnya sudah lebih dari 80 cm pada perempuan dan lebih dari 90 cm pada laki-laki, segera turunkan berat badan. Jangan tunggu sampai kadar gula darah menjadi tinggi," kata Agung.
Penurunan lingkar pinggang dan berat badan bisa dicapai dengan rutin melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari dan mengatur asupan makanan dengan gizi seimbang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.